"Ketahuilah, bahwa tashawuf itu ialah patuh mengamalkan perintah dan menjauhi larangan lahir dan bathin sesuai dengan ridha-Nya, bukan sesuai dengan ridhamu" (Asy-Syaikh Ahmad At-Tijani, Jawahirul Ma'ani, 2 : 84)

Minggu, 07 April 2013

Pengertian: DZIKIR, WIRID, TAFAKUR & TAZAKUR

Bismillahirahmaanirrahiim.
Assalamualaikumwarahmatulahi wabarakatuh

Hai org" yg beriman, berdzikirlah dg menyebut nama Allah, dzikir yg se-banyak"nya. Dan bertasbihlah kpd Nya diwaktu pagi dan petang. Dialah yg memberi rahmat kpdmu, dan malaikatnya memohonkan ampunan utk mu, spy Dia mengeluarkanmu dr KEGELAPAN kpd cahaya yg TERANG. Dia Maha Penyayang kpd org" yg beriman. (QS: Al-Ahzab 41,42,43)

Dalam situs http://www.forumbebas.com/thread-97943.html , dijelaskan bahwa : Ilmu tasawuf dibedakan pengertian antara Zikir, Wirid, Tafakkur, dan Tazakkur.

1. DZIKIR :

lebih bersifat generik segala upaya yang dilakukan seorang hamba untuk mendekatkan diri kpda Tuhan. Pendekatan itu dilakukan melalui penyebutan nama-nama atau kalimat2 mulia, seperti membaca nama-nama mulia Tuhan (al-asma al-husna), dan trmasuk membaca Al-Quran. Trmasuk dlm pengertian zikir ialah merenung sambil menghayati keagungan dan kebesaran Allah SWT.

2.  WIRID :

Pengertian Wirid dengan Zikir hampir sama. Perbedaanya :
Wirid ada pengaturan tata cara, jumlah, dan waktu pembacaan zikir. Misalnya seorang Syekh, mursyid, atau kiai memberikan wirid-wirid tertentu kepada muridnya yang biasanya melalui proses penyerahan khusus (ijazah). Pengamalan Wirid diatur tatacaranya, misalnya berapa kali harus dibaca, apakakah dibaca di pagi hari atau di sore hari atau dalam keadaan tertentu.
● Kurang atau lebih dari jumlah yang ditentukan, biasanya tidak lagi dianggap wirid, tetapi hanya sebagai zikir. Wirid juga sering dihubungkan dengan khasiat-khasiat tertentu datang dari Tuhan bagi yg mengamalkannya secara konsisten.
Ada Wirid yg dianggap mempunyai khasiat untuk memudahkan rezeki, enteng jodoh, tolak bala, ketenangan batin, kemudahan urusan, dsb.
● Di samping Zikir dan Wirid, ada Tafakkur dan Tadzakkur. Jika Zikir dan Wirid umumnya berupa pembacaan atau penyebutan lafaz-lafaz tertentu, maka Tafakkur dan Tadzakkur, tidak ada lagi kata-kata, bacaan-bacaan, atau hitungan-hitungan. Yang ada hanyalah sebuah kefakuman dari seorang hamba. Sang hamba berusaha untuk fokus dan pasrah hanya kpda Allah SWT.


3. TAFAKUR:

Tafakur biasanya merupakan kelanjutan dari Zikir atau Wirid.
Tafakkur disebut juga dengan Zikir Qalby, artinya, bukan lagi anggota badan atau fisik serta logika yang aktif, melainkan jiwa atau kalbu.

TAFAKUR dan TADZAKUR :

sepintas lalu sama tetapi kalangan ahli tasawuf membedakan antara keduanya. Tadzakkur lebih tinggi dari pada Tafakkur. Didalam Tafakkur sang hamba masih lebih aktif mencari channel dengan Tuhan dan Tuhan sendiri seolah pasif menunggu hambanya untuk mendekatkan dan menemukan diri-Nya.
● Tafakkur masih ada ruang logika untuk mengontrol pola pendekatan dirinya dengan Allah SWT.

4. Tadzakkur

betul-betul sang hamba pasif, penuh penyerahan diri kepada Allah SWT, tidak ada lagi logika yang aktif di dalamnya. Tafakkur seolah hamba yang pasif dan Allah SWT yang proaktif mendekati hamba-Nya. Mungkin pada diri orang yang sedang mengalami Tadzakkur diadreskan sebuah Hadis:

Barangsiapa yang mendekati-Ku sejengkal maka Aku akan mendekatinya sesiku, barangsiapa mendekati-Ku sesiku maka Aku akan mendekatinya sedepa. Barang siapa yang berusaha datang kepadaku dengan berjalan maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari. Wallahua a'laam

sumber : http://asaarham.blogspot.com

Sheikh Ahmad Tijani, ulama berpengaruh dari Afrika

UMAT Islam dari seluruh wilayah Afrika Barat sering mengunjungi komplek makam Sheikh Ahmed Tijani di Zaouia, pusat relijius untuk persaudaraan Tijani di sudut Kota Fez, Maroko. Kota yang berusia 12 abad ini dikenal sebagai ibukota spiritual Maroko. Tak heran bila jutaan orang dari Senegal, Mali, Niger, dan Nigeria datang ke kota itu untuk berziarah ke makam Sheikh Tijani, seorang pemuka agama dari Afrika.
Sheikh Tijani lahir di Ain Madhi (kini bernama Aljazair). Ia dikenal sebagai ulama cerdas, menguasai Al-Quran sejak berusia tujuh tahun dan mengeluarkan fatwanya yang pertama pada usia 15 tahun.
Ia mendirikan persaudaraan Sufi pada akhir abad ke-18 dengan menggunakan kalender Gregoria atau menuju awal abad ke-13 dalam kalender Hijriah. Banyak umat Islam saat itu yang mendatangi dirinya untuk mendengarkan ajaran ulama yang pernah menghabiskan waktunya untuk bermeditasi di Padang Sahara.
Sultan Maroko saat itu, Moulay Slimane, mendukung Sheikh Tijani. Murid-murid Tijani berasal dari berbagai negara tetangga. Mereka inilah yang mengajarkan ajaran gurunya. Saat ini ada jutaan pengikutnya di Afrika Barat.
Menurut Zoubir Tijani, para pengikutnya berasal dari 12 negara.
“Saya banyak mengunjungi sejumlah negara Afrika. Di sana ada kota kecil dan pedesaan di mana Anda tidak bakal berharap bisa menemukan tanda-tanda peradaban. Tapi Anda justru bisa menemukan sekolah Al-Quran dan bangunan lain yang didirikan oleh para pengikut Tijani,” ujar Zoubir Tijani, keturunan langsung Sheikh Tijani yang bertugas menjaga makamnya.
“Faktor lainnya, persaudaraan kami terjalin sangat erat berdasarkan Al-Quran. Sheikh Tijani pernah berkata bila orang mendengar dirinya mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan Al-Quran, maka orang lain boleh mengabaikan perkataannya itu,” tambahnya.
“Pesan ini berhasil memikat banyak orang. Jadi, bila Anda pergi ke Zaouia sekarang, Anda akan melihat banyak orang yang berasal dari 12 negara. Dalam persaudaraan ini, Anda bakal menemukan banyak pengikutnya dari berbagai kalangan, mulai dari orang biasa hingga pejabat,” tambahnya.
“Para pengikutnya datang ke Fez untuk berziarah di makam Sheikh Tijani, sebelum pergi ke Makkah,” ujar Abdellatif Begdouri Achkari, seorang pengikut Tijani dan juga pejabat Kementerian Islam Maroko. Hubungan ini bersifat spiritual dan bukan politik.
“Islam datang ke Afrika Barat dari Maroko. Jadi, wajar saja bila ada hubungan spiritual yang kokoh. Sheikh Ahmed Tijani adalah sosok yang hebat di Maroko dan hubungan yang terjalin antara setiap pengikutnya dari berbagai negara berlatar belakang spiritual, dan bukan politik,” jelas Achkari.
Tak jauh dari Zaouia bermukim sekelompok kecil orang-orang dari Senegal. Salah satunya Samba Thiam. Ia tinggal di sana sejak sembilan tahun lalu. Ia menyewa kamar di sebuah rumah tradisional Fez dan membantu para pengikut Tijani lain yang berdoa di makam Sheikh.
“Saya datang kesini karena Zaouia Sheikh Tijani. Saya tinggal di dekat sini untuk menyambut dan membantu para murid Tijani. Mereka datang dari berbagai negara. Mereka juga menyumbang untuk membayar air, listrik, karpet dan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk perawatan makam ulama ini.
Sumber : http://4binajwa.wordpress.com/