"Ketahuilah, bahwa tashawuf itu ialah patuh mengamalkan perintah dan menjauhi larangan lahir dan bathin sesuai dengan ridha-Nya, bukan sesuai dengan ridhamu" (Asy-Syaikh Ahmad At-Tijani, Jawahirul Ma'ani, 2 : 84)

Jumat, 30 September 2016

IJAZAH SANAD MAULID BARJANZI

Ijazah Sanad Maulid Barzanji

Maulid Barzanji merupakan kitab yang memuji dan menceritakan kehidupan Rasulullah s.a.w, selalu dibaca dan dilantunkan orang ketika datangnya bulan Rabi`ul awwal di berbagai daerah dan negara seperti Indonesia, Malaysia, Brunai, Singapura dan Thailand. Maulid Barzanji sangat terkenal dan populer di Asia Tenggara, bahkan di sebahagian tempat Maulid Barzanji dibaca ketika acara perkawinan, acara khitanan, dan acara-acara lainnya.

Kitab Maulid Barzanji diserang dan diperangi oleh sebahagian orang yang menganggap acara Maulid Nabi Muhammad s.a.w. adalah salah satu perbuatan bid`ah, tetapi permasalahan ini adalah masalah khilafiyah yang kebanyakkan umat Islam berpegang teguh dengan bolehnya mengadakan maulid Rasul selama cara tersebut tidak berunsur hal-hal yang haram dan dilarang oleh Allah dan Nabi-Nya. Maulid Barzanji adalah karangan dari seorang ulama besar terkemuka di masa beliau, telah berhasil memberikan jasa dan peninggalan yang berharga bagi umat Islam.

Nama Lengkap Pengarang Barzanji :
Sayyid Ja`far bin Sayyid Hasan bin Sayyid Abdul Karim bin Sayyid Muhammad bin Abdur Rasul al-Barzanji al-Madani as-Syafi`i.

Beliau dilahirkan di kota Madinah, asal usul beliau dari golongan ulama-ulama besar yang memiliki keilmuan yang tinggi, dan dari keturunan Rasulullah s.a.w. Beliau memiliki sifat yang soleh dan penyantun, suka menolong orang lain, rajin beribadah dan beramal soleh. Syeikh Muhammad Khalil al-Muradi pengarang kitab Maulid Simthud ad-Durar memuji beliau dengan ungkapan :


"Beliau seorang Syeikh yang mulia lagi alim, satu-satunya orang yang hebat di dalam segala bidang ilmu, Mufti mazhab Syafi`iyyah di kota suci Madinah". Selanjutnya Syeikh Muhammad Khalil al-Muradi memuji lagi:

Beliau hebat di dalam berpidato dan membuat karangan, sehingga beliau menjadi seorang imam dan khatib Masjid Nabawi, dan beliau juga seorang tenaga pengajar di Masjid Nabawi. Menulis berbagai macam kitab yang bermanfa`at dan karangan yang indah. Beliau meninggal dunia pada tahun 1177 hijriyyah sebagaimana yang telah disebutkan didalam kitab Silku ad-Durar. Sanad Kami Kepada Imam Ja`far al-Barzanji Berkata seorang hamba yang faqir lagi hina  :
Saya meriwayatkan kitab Maulid Barzanji dari Al Ustadz Muhammad Husni Ginting bin Muhammad Hayat Ginting al-Langkati dari Syeikh al-Alim as-Syeikh Ahmad Damanhuri bin Arman al-Bantani wafat tahun 1426 hijriyah, beliau meriwayatkan dari gurunya al-Allamah al-Muhaddis as-Syeikh Umar Hamdan al-Mahrisi at-Tunisi al-Madani wafat tahun 1368 hijriyyah, beliau meriwayatkan dari al-Allamah Syeikh Sayyid Ahmad bin Ismail al-Barzanji Mufti mazhab Syafi`i di Madinah, beliau meriwayatkan dari ayahandanya Sayyid Ismail bin Sayyid Zainal Abidin al-Barzanji, beliau meriwayatkan dari ayahnya al-Allamah Sayyid Zainal Abidin bin Sayyid Muhammad Abdul Hadi al-Barzanji, beliau meriwayatkan dari ayahandanya al-Allamah Sayyid Muhammad Abdul Hadi al-Barzanji, beliau meriwayatkan dari pamannya al-Allamah al- Faqih Syeikh Sayyid Ja`far bin Sayyid Hasan bin Sayyid Abdul Karim al-Barzanji, pengarang kitab " Maulid al-Barzanji ".
Saya al-Faqir al-Langkati mengijazahkan sanad khusus ini bagi siapa saja yang ingin menerimanya, semoga berkat dan kita termasuk orang yang menyampaikan ilmu dan amanat kepada umat Islam.
1- Zaqaziq , Syarqia, Mesir, 12 Rabi`ul Awwal 1432 hijriyyah. Rujukan : 1 - Silku ad-Durar Fi A`yani al Qarni as-Tsani Asyar : 13 / 2 ,karangan Syeikh Muhammad Khalil al-Muradi al-Hanafi, terbitan Dar Sodir Bairut, cetakkan pertama tahun 1422/2001.
2 - Maulid al-Barzanji

IJAZAH SHALAWAT FULUS

Sholawat Fulus (Uang).

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اْلمَبْعُوْثِ صَلاَةً تُجِعُلِي بِهَا مِنَ اْلاَمْوَالِ وَاْلمَرْكُوْبِ وَاْلمَطْعُوْمِ وَاْلمَلْبُوْسِ وَاْلفُلُوْسِ لِكُلِّ الطَّرِيْقِ وَاْلجُرُوْسِ فِي اْلقِيَامِ وَاْلجُلُوْسِ وَعَلىَ آلـِهِ وَصَحْبِهِ بِعَدَدِ أَنْوَاعٍ النَّفَسِ وَ النُفُوْسِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَاحِمِيْنَ

Allahumma sholli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa Muhammadinil mab’uuts(i), sholaatan tuji‘ulii bihaa minal amwaali wal markuubi, wal math’uumi wal malbuusi, wal-fuluus(i), li kullith thoriiqi wal juruus(i), fil qiyaami wal julus(i), wa ‘alaa aalihi wa shohbihi bi ‘adaadi anwaa’in-nafasi wan nufuus(i), birohmatika ya arhamar roohimin.

Artinya : Ya Allah, limpahkanlah rahmat, keselamatan dan keberkahan kepada junjungan kami Nabi Muhammad saww. yang diutus, dengan sholawat yang dapat mendatangkan/menjadikan dengannya kepada saya kekayaan/harta, kendaraan, makanan, pakaian, dan uang, dari tiap-tiap jalan (usaha) dan perkataan, dalam keadaan berdiri dan duduk, dan sampaikan juga sholawat  atas keluarga Nabi Muhammad saww. dan sahabatnya dengan sebanyak macam bilangan nafas dan jiwa-jiwa manusia, dengan rahmat (pertolongan)-Mu ya Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Alfaqir (Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus) ijazahkan shalawat Fulus tersebut diatas bagi siapa saja yang mau mengamalkannya, Shalawat tersebut dibaca semampunya, sebanyak mungkin, boleh dibaca sehabis sholat, atau saat senggang, atau dibaca di malam hari, kalau dapat dibaca 11x setiap habis shalat lima waktu, tetapi yang lebih utama dibaca 100x dalam sehari semalamnya.


Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus.

Kamis, 29 September 2016

Awalnya Thariqah Dan Akhirnya Mengamalkan Al-Qur'an dan As-Sunnah


Alhamdulillah, Asshalatu was Salamu 'alâ Rasulillah Shafwatuhu min kholqihi wa 'alâ Alihi wa man wâlah.
Marilah kita mulai perbincangan kita dengan hadist Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tirmidzi, Nabi Saw bersabda:
إِنَّ العُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِياَءِ وَ إِنَّ الأَنْبِياَءَ لمْ يْورِثُوِا ديْنَاراً وَلا دْرهَماً ولكِنَّهُم ورَّثُوا العِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بحَظٍّ وَافِر
Innal Ulamâ waratsatul Anbiya' wa innal Anbiyâa lam yuritsu dinaran wala dirhaman walakinnahum warratsu al-ilm,  faman akhodzahu akhodza bi haddzin wâfirin
Artinya:
“Sesungguhnya Ulama merupakan pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka ia telah meraut banyak kebaikan”.
Tidak diragukan lagi, salah satu ilmu yang diwariskan oleh para Nabi ’alaihimussalaam ialah melepaskan diri dari belenggu kegelapan dan membersihkannya dari segala kotoran materi serta mengarahkannya untuk menelusuri alam ruh dan malakut sehingga tidak terperdaya lagi oleh materi atau sebagainya.
Ilmu ini bahkan dapat menyingkap segala sesuatu yang sangat halus dengan kejernihan jiwa dan Nur Illahi, hingga dengannya ia dapat melihat, mendengar, berdiam, bergerak, mengetahui, mengambil sesuatu, dan meninggalkan sesuatu pekerjaan. Dengan sucinya hati, kelak ia menjadi orang yang dicintai-Nya. Inilah bentuk kecintaan yang murni dan agung.
Ulama ruhani merupakan pewaris para Nabi. Allahlah yang mengajarkan mereka segala penyakit dan obatnya. Mereka merupakan dokter hati dan dokter kerusakan ruh atau jiwa. Salah satu nikmat yang Allah SWT berikan kepada ummat Nabi Muhammad Saw, ialah keberadaan mereka di setiap zaman, hal ini sealur dengan hadist Nabi Saw:
لاَ تزَالُ طائِفَةٌ مِنْ أُمَّتىِ ظاهِرينَ علىَ الْحقِّ حتَّى تقُوْمَ السّاعَةَ
Laa tazâlu thoifatun min ummati dzohiriin 'alal-haqqi hatta taqûmas sa'ah
Artinya:
Segolongan dari ummatku kelak akan memperjuangkan kebenaran hingga hari kiamat datang.
Allah Swt telah menyuruh kita untuk tazkiyatunnafs [mensucikan jiwa] dan mendidiknya, Allah Swt berfirman :
ونَفْسٍ ومَا سوَّاهَا * فأَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وتَقْوَاها *
 قَدْ أفْلَحَ مَنْ زَكَّاها * وقَدْ خاَبَ مَنْ دسَّاهَا*
Wanafsin wama sawwaha, faalhamahâ fujurahâ wataqwahâ, qad aflaha man zakkahâ waqad khoba man dassâha.
Artinya:
Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaan)nya. Maka Dia mengilhaminya (jalan) kejahatan dan ketakwaan.Sungguh beruntung orang-orang yang menyucikannya (jiwa). Dan sungguh merugi orang yang mengotorinya (Asy-Syams : 7-10).
Nabi Saw menganjurkan agar kita berkumpul dan bergaul dengan orang-orang yang memberikan pengaruh baik dalam proses penyucian jiwa. Ada suatu hadist shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim yang mengisahkan keberadaan seseorang yang ingin bertaubat setelah ia membunuh seratus orang.
Ia meminta petunjuk kepada seorang 'alim, kemudian dia orang 'alim memberinya saran: Hendaknya engkau pergi ke suatu tempat, disana ada sekelompok orang yang menyembah Allah Swt, beribadahlah bersama mereka, dan jangan kau kembali lagi ke negeri asalmu karena itu merupakan tempat kejahatan. Iapun bersigegas pergi ke tempat itu, namun sangat disayangkan pada pertengahan jalan ia meninggal dunia, dua malaikat rahmah dan 'azhab berselisih akan prihal orang ini. Hingga di akhir kisah, ia tergolong orang-orang yang mendapat rahmat.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Muslim, Abu Daud dan Imam Ahmad, sabda Nabi SAW :
إنَّمَا مثَلَ الجَليْسِ الصَّالِح و الجَْلِيْسِ السُِّْوء كَحَامِلِ المِسْكِ ونَافِخِ الكِيْرِ. فَحَامِل المِسْكِ إمَّا أنْ يُحْذِيَكَ و إما أن تبَتْاَعَ مِنْه و إمِاَّ أنْ تَجِدَ مِنُْه رِيحَةَ طَيِّبَِة ونَافِخِ الْكَيِر إمَِّا أنْ يَخْرِقَ ثِياَبَكَ و إمَِّا أنْ تجَِدَ مِنْهُ رِيْحة ًخَِبيْثَةً
"Innama matsala al-jaliis es-sholih wal jaliis es-suũ' kahamilil al-miski wa nafikhi al-kieri. Fahâmili al-miski imma an yuhdziyaka wa imma an tabtâ'a minhu waimma an tajida minhu riehah thoyyibah. Wa nâfikhi al-kieri imma an yakhriqa tsiyabaka waimma an tajida minhu riehah khobitsah".
Artinya :
Perumpamaan seorang sahabat yang baik dengan sahabat yang buruk/jahat, layaknya penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak tersebut, atau engkau membeli darinya ataupun engkau bisa mencium semerbak bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, ia bisa menjadikan bajumu terbakar, atau engkau dapat mencium bau yang tidak sedap darinya.
Bergaul itu ada tingkatannya: yang paling tinggi ialah bergaulnya ruh dengan ruh dan bercampur antara keduanya di alam qadasah wa shafa', berkumpul karena Allah dan saling mencinta di dalam ketaatan dan jalanNya.
Inilah ruh sunan al-muhammadi, jalan menuju Allah yang telah disepakati oleh para 'arifien. Jalan inilah yang mengumpulkan mereka, sekalipun berbeda jalannya; diantaranya ada yang berjalan dengan cepat, ada pula yang berjalan dengan lambat, ada pula yang terpengaruh dengan kecantikan, ada juga yang terpengaruh dengan kekuasaan serta ada pula yang dipengaruhi oleh keduanya.semua itu akan kembali kepada satu asal :
"Mencari Allah Swt, dan berlari untuk mendapatkan-Nya, tinggalkankan segala sesuatu selain-Nya dengan menyempurnakan pengabdian dalam ibadah dan menunaikah hak-hak Rububiyyah-Nya"
Inilah pembahasan global setiap thariqah atau jalan menuju Allah Swt, diantaranya " Thariqah TijanI". Apabila ada yang keluar dari manhaj ini, maka gugurlah penisbatan thariqah kepadanya.
Seseorang seharusnya tidak tertipu oleh nafsunya dan meninggalkan dirinya dalam pergumulan maksiat yang jauh dari kebenaran. Jagalah diri, bergaullah dengan para shodiqin dan sholihin. Tidak diragukan lagi bahwa orang yang paling utama untuk digauli (ditemani) adalah mereka para Ulama ruhani ahlul haq yang Allah pilih dan ajarkan kepada mereka ilmu ini.
Barang siapa yang tidak yakin dengan para Auliya' Allah dan karamat yang Allah berikan kepada mereka; berupa pengetahuan akan sesuatu maupun tindakan yang diluar jangkauan akal manusia, baik ia masih hidup maupun sudah meninggal dunia, hendaknya ia merujuk kembali al-Qur'an dan as-Sunnah serta ketetapan ulama. Ada banyak hadist shahih yang membahas tentang hal ini.
Ulasan disini hanya bagi orang-orang yang Allah beri kefahaman dan ingin terbebas dari belenggu materi serta membuka tabir penghalang yang ada di hatinya, oleh karenanya hendaklah ia memilih satu dokter dari sekian banyak dokter.
Semua thariqah itu akan sampai pada hadrah-Nya, layaknya masjidil haram dengan pintunya yang banyak, siapapun yang masuk dari satu pintu maka ia sudah berada di hadrah-Nya.
Aku telah mencoba bergaul (baca: berteman) dengan mereka, berapa banyak orang yang jahat berubah manjadi baik, berapa banyak mata yang gelap manjadi cerah dan bersinar, dan masih banyak lagi yang lainnya, sebagaimana pengakuan teman dan lawan.
Seorang ahlul fath Thariqah Tijani menyebutkan, bahwa masyrab (sumber; yang dimaksud ialah Sayyidi Syaikh Ahmad bin Muhammad At Tijani QS) memiliki tingkatan yang paling tinggi dibanding lainnya, yang tercakup didalam setiap thariqah tarbiyah (suatu proses penggemblengan).
Para ‘arifien billah  menggembleng dirinya melalui thariqah-thariqah Allah, sebagian mereka ada yang mentarbiyah (mendidik jiwa) dengan hal yang dzahir bukan yang bathin, sebagian lainnya ada yang mentarbiyah dengan cara berkhalwat (menyendiri), ada lagi yang mentarbiyah dengan sirr (secara rahasia), ada pula yang mentarbiyah dengan dzikr jahry.
Sebagian orang ada yang "sampai" (wushul kepada Allah Swt) dengan jalan bersholawat kepada Nabi SAW , ada pula yang mencapai peningkatan rohani dengan cara bertafakkur, bertawajjuh, ada pula yang melalui dzikir dengan lafadz-lafadz maupun nama-nama Allah SWT dan lain sebagainnya.
Hal ini ditentukan oleh izin syaikh, atau sirr ruhani sehingga ia menjadi lebih sempurna. Nah, disinilah berkumpulnya setiap keistimewaan setiap thariqah, dan semua akan menyendiri dengan kekhususannya sendiri-sendiri
ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاء واللهُ ذُوالفَضْلِ العَظِيْمِ
Dzalika fadhlullahi yu'tihi man yasa' wallahu dzul fadhlil 'Adziem
Artinya:
Demikian karunia Allah yang diberikan kepada yang Dia kehendaki; Dan Allah memiliki karunia yang besar (Qs.Al-Jum'ah: 4)
Murid dalam suatu thariqah dapat dibagi menjadi dua kategori:
a)Murid Tabarruk, ia tidak terikat dengan syarat-syarat tarbiyah.
b)Murid Tarbiyah yang diharuskan terkait pada segala syarat-syarat tertentu.
Para syaikh thariqah sepakat, seorang murid hendaknya percaya kepada syaikh thariqah bahwa beliaulah yang paling utama dibanding syeikh thariqah yang lainnya, dan thariqahnya merupakan yang thariqah yang paling tinggi.
Ulasan kita ini akan difokuskan pada "Murid Tarbiyah", dan thariqah ini tidak diizinkan untuk diamalkan kecuali setelah memenuhi syarat-syaratnya.

Selayang Pandang Thariqah At Tijaniyah



Selayang Pandang Thariqah Al-Mu’tabarah At-Tijaniyah

Thariqah Al-Mu’tabarah At-Tijaniyah adalah salah satu dari Thariqahul Auliya’ Al-Mu’tabarah yang mempunyai sanad terdekat dengan Rasulullah SAW.Karena sanadnya didapat dari Rasulullah SAW langsung dalam keadaan yaqdah (yang dikenal dengan baiat Barzakhi)
At-Tijaniyah adalah dinisbatkan pada desa Tijanah di ‘Ainu Madhi Negara Fez Maroko (Maghribi).Pendirinya yaitu Sayidis Syaikh Al-Qutbil Maktum wal Khatmi Muhammadiyyil Ma’lum Ahmad bin Muhammad At-Tijani RA,beliau termasuk salah satu cucu Rasulullah SAW yang ke-24,yang terkenal dengan kealiman,kewira’ian,kezuhudan serta karomahnya yang agung yaitu Karomah Haqiqatul Muhammadiyyah.Beliau memberikan garansi pada thariqahnya bahwa thariqah At-Tijaniyah adalah benar-benar bersandar atas dasar Al-Qur’an dan As Sunnah.Salah Satu Pesan beliau berkenaan dengan Thariqahnya “Apabila kalian mendengar sesuatu dariku,maka timbanglah dengan neraca syariat Islam (Al-qur’an dan Hadits),maka apa saja yang cocok ambillah dan apa saja yang tidak cocok tinggalkanlah”
Amalan-amalan wajib dalam thariqah At-Tijaniyah sangatlah mudah dan simple yaitu Istighfar,shalawat dan Tahlil.Ketiga amalan ini dasar hukumnya sangat kuat dari nash Al-Qur’an maupun Hadits Nabi SAW yang shahih.Jumlahnya relatif sedikit mudah di amal sehingga sangat cocok bagi kehidupan akhir zaman yang penuh dengan kesibukan dunia.

Thariqah At-Tijaniyah
Thariqah yang Sah Berdasarkan Kitab dan Sunah

Thariqah Tijaniyah yang digagas oleh Syeikh Ahmad bin Muhammad at-Tijani, Faz, Maroko (lahir 13 Safar 1150 H. dan wafat 17 Syawal 1230 H.), merupakan salah satu thariqah mu’tabarah dan sah. Sanad barzakhiyahnya pun muttasil dengan Rasululloh SAW. Thariqah ini telah disepakati sahnya oleh ulama dalam muktamar NU ke-3 di Surabaya, tanggal 19 Robi’uts Tsani 1346 H./9 Oktober 1927 M, masalah No. 50. Karena semua keutamaannya berdasarkan Kitab dan sunah.

“Thariqah semua syaikh adalah berdasarkan kitab (Alqur’an) dan Al Hadits.”

Keputusan ini kembali diperkuat dalam muktamar NU ke-6 di Pekalongan, tanggal 12 Robi’uts Tsani 1350 H./27 Agustus 1931 M, masalah No. 117. bahwa semua wirid dalam Thariqah Tijaniyah adalah sah dan benar, seperti dzikirnya, shalawatnya dan istighfarnya. Begitu pula dengan pernyataan-pernyataannya dan syarat-syaratnya yang sesuai dengan agama (syara’). Adapun sesuatu yang lahiriahnya tidak sesuai, jika dapat ditakwilkan, maka harus ditakwilkan pada arti yang sesuai dengan agama dan diserahkan kepada ahlinya. Jika tidak dapat ditakwilkan, maka tidak boleh diajarkan kepada orang awam.
Imam Sya’rani dalam Pendahuluan Thabaqatnya menyatakan: “Sesungguhnya thariqah suatu kaum diikatkan dengan Kitab (Alqur’an) dan sunah. Thariqah ditegakkan mengikuti suluk akhlak para nabi dan orang-orang suci. Sesungguhnya thariqah itu tidak tercela, kecuali jika menyimpang dari Alqur’an, sunah dan ijma’. Adapun ketika tidak menyimpang, maka keputusan akhirnya adalah: hal tersebut merupakan pemahaman yang diberikan Alloh kepada seorang muslim. Siapa yang akan mengamalkannya diperbolehkan. Siapa yang akan meninggalkannya diperbolehkan.
Sebagaimana telah dipahami bahwa thariqah merupakan sebuah organisasi yang mengamalkan tasawuf. Sedangkan pengambilan tasawuf sendiri adalah Kitab (Alqur’an), sunah, ilham para shalihin dan arifin.
Tujuan thariqah dan tasawuf adalah memurnikan ibadah hanya kepada Dzat Yang Maha Tinggi, membersihkan hati, mengetahui kekurangan diri.

Sanad / Silsilah Thariqah At Tijaniyah


SANAD THARIQAH AL MU’TABARAH AN-NAHDLIYAH AT-TIJANIYAH

فأقول أجزته، وأخبره أن أسانيدي متصلة الى صاحب الأسرار طريقة التجانية الإمام قطب الأقطاب وغوث الأغواث سيدي الشيخ مولاي أحمد بن محمد التجاني الحسني رضي الله عنه وعنا به . ولنا عدة أسانيد منها:

الأول: الحقيروالفقيرداسيف سفريتن عبيدالله عن شيخ كياءى محمد محى الدين عن العلا مة العرف باالله سيدي ادريس بن محمد بن العبد العرقي عن العلا مة العرف باالله سيدي احمد سكيرج عن العلا مة العرف باالله سيدي احمد العبد لاوي عن العلا مة العرف باالله القطب الشريف سيدي الحاج علي التاسيني رضي الله عنهم عن مولانا الشيخ أحمد بن محمد التجاني الحسني رضي الله عنه عن قطب دائرة الوسائل سيد الوجود ومنبع الكرم والجود سيدنا رسول الله محمد صلى الله عليه وأله وسلم يقظة لامناما.

الثاني: الحقيروالفقيرداسيف سفريتن عبيدالله عن شيخ كياءى دادع رضوان بدرالزمان مصدوق عن شيخ كياءى محمد بدرالزمان بن شيخ كياءى فقية عن شيخ عثمان ضميرى عن شيخ على بن عبدالله الطيب عن شيخ محمد الفاهاسم عن شيخ سعيد بن عمر الفو تى عن شيخ عمر بن سعيد الفو تى  عن شيخ عبد الكريم احمد الناقل عن شيخ عبد الحليم عن شيخ القاسم البصر عن شيخ عبد الو هاب الاحمر عن شيخ محمد حافض السنقطي عن شيخ محمد الغالى عن شيخ ابي العباس احمد بن محمد التجان الحسني رضي الله عنه عن قطب دائرة الوسائل سيد الوجود ومنبع الكرم والجود سيدنا رسول الله محمد صلى الله عليه وأله وسلم يقظة لامناما

الثالث: الحقيروالفقيرداسيف سفريتن عبيدالله عن الشريف سيد الحبيب انواربن محمد بن علي الطيب الحسني عن الشريف سيد احمد الهادي المغربي الحسني عن سيدي عبدالعزيزالبعقيلي الحسني عن سيدي محمد الحبيب البعقيلي الحسني عن القطب مولانا الحاج الأحسن بن محمد البعقيلي السوسي البيضاوي عن القطب مولانا الحسين الإفراني التزنيتي عن أبي المواهب والمرابح القطب مولانا العربي بن السائح العمري عن الخليفة القطب مولانا علي التماسيني عن مولانا الشيخ أحمد بن محمد التجاني الحسني رضي الله عنه عن قطب دائرة الوسائل سيد الوجود ومنبع الكرم والجود سيدنا رسول الله محمد صلى الله عليه وأله وسلم يقظة لامناما.

الرابع: الحقيروالفقيرداسيف سفريتن عبيدالله عن شيخ كياءى انصاري بن عمر بيضاوي عن سيدي الخليفة محمد الكبير عن سيدي أحمد عن سيدي بنعمروعن سيدي محمد الكبير عن سيدي محمد البشيرعن شيدي احمدالعبدلاوي عن الخليفة القطب مولانا علي التماسيني عن مولانا الشيخ أحمد بن محمد التجاني الحسني رضي الله عنه عن قطب دائرة الوسائل سيد الوجود ومنبع الكرم والجود سيدنا رسول الله محمد صلى الله عليه وأله وسلم يقظة لامناما.