"Ketahuilah, bahwa tashawuf itu ialah patuh mengamalkan perintah dan menjauhi larangan lahir dan bathin sesuai dengan ridha-Nya, bukan sesuai dengan ridhamu" (Asy-Syaikh Ahmad At-Tijani, Jawahirul Ma'ani, 2 : 84)

Selasa, 30 Mei 2017

Syarat Bergaul Antara Syeikh Dan Murid



  • Mengamalkan tarekat ini seumur hidup.

Tarekat tijaniyah ini tidak boleh dicampuradukkan dengan tarekat lainnya atau award-awrad lain. Awrad-awrad yang lainnya harus ditinggalkan sehingga kelak dapat memberikan perhatian yang penuh padanya (award Tarekat Tijani). Tak diragukan lagi, barang siapa yang meninggalkan suatu perkara untuk bersiteguh pada perkara lain maka ia akan berbuat yang terbaik untuknya.

  • Tidak menziarahi wali baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia dengan tujuan istimdad atau tabarruk (mangharapkan manfaat ruhani ataupun keberkahan) kecuali atas izin syeikhnya.Serta tidak berkeyakinan haram atau makruh berziarah kepada yang lain dengan tetap mencintai para auliya' serta memuliakan mereka.

Hal ini telah disepakati oleh para ulama tarbiyah dalam setiap tarekat, diantaranya: Sayyidi Muhyiddin Ibn 'Araby, Sayyidi 'Ali al-Khowwass, Ibn Hajar al-Haitami, Imam Sya'roni, Syeikh Zarouq, Syeikh Samnawady, ad-Dardir, Sraisyi, Ibn Banna al-Syaraqusthi, Ibn 'Ajibah, Sayyidi 'Abdil 'Aziz ad-Dibaghi, Syeikh al-Kattani, Imam al-Faasy, Syeikh Muhammad bin 'Abdillah al-Khoni al-Kholidi, al-Naqsyabandy, dan yang lainnya.
Ulasan singkat ini tidak lain ialah sebagian dari adab ahlit tarbiyah. Karena hakikatnya Syeikh Ahmad Tijaniy layaknya sang dokter yang mengetahui kebaikan untuk pasiennya. Sayyidi Ahmad Tijany QS telah memberikan izin umum dalam menziarahi para sahabat Nabi Saw, para ikhwan dalam Tarekat Tijani, dan kiranya tidak perlu disebutkan bahwasanya para Nabi lebih utama daripada yang lainnya untuk diziarahi dan istimdad (meminta manfaat ruhani)

  • Mengamalkan wirid hingga wafat.

Wirid lazim ini tidak akan diberikan kecuali bagi orang yang siap mengamalkannya sepanjang hidup, sehingga ia menjadi wajib layaknya ibadah-ibadah lain  yang dinadzarkan. Barang siapa yang berkeinginan untuk keluar dari Tarekat Tijaniyah, maka terputuslah hubungannya dengan syeikh dan ia berdosa karena menepati suatu nadzar adalah wajib. Lain halnya dengan wiridan-wiridan yang tidak dinadzarkan, tidak berdosa apabila ditinggalkan.
Hikmah dari wiridan yang dinadzarkan; akan diganjar sama seperti pahala fardlu, para Auliya' banyak yang memperbanyak pahala dengan jalan ini, diantaranya Imam el-Abashirie RA yang berkata:
Aku tidak pernah mengerjakan yang nafilah sebelum aku wafat,
 aku tidak Shalat dan tidak juga puasa kecuali yang fardlu.
 Hal ini dikarenakan ia bernadzar untuk mengerjakan suatu yang nafilah sehingga diganjar pahala fardlu.
Sebagian ahli tarekat berkata: Diantara sebab tingginya masyrab (baca: sumber keruhanian) kita, ialah amalan kita diganjar dengan ganjaran wajib atau fardlu, maka yang nawafil tidaklah menjadi pahala nawafil.

  • Tidak mencela, membenci, memusuhi Syeikh Ahmad bin Muhammad at Tijani atau merendahkan kehormatannya.

Perbuatan ini dapat membuatnya keluar dari Tarekat Tijani. Salah satu tanda memandang rendah Syeikh QS ialah tidak mengindahkan/peduli lagi dengan perintah ataupun larangan, hal ini seperti yang tertera dalam kitab Jawahirul Ma'any.

  • Mencintai Syeikh tanpa henti

Barang siapa yang sudah tidak lagi mencintai Syeikh, maka terputuslah hubungannya dengan syeikh sekalipun tanpa niat membenci, dengki atau menyakitinya.
Kita harus meyakini dan mempercayai semua perkataan Syeikh, karena semua itu bersumber dari al-Qur'an dan as-Sunnah, begitu pula pada semua Auliya'. Seseorang yang menghormati dengan tidak meyakini dan mendustakan keberadaan seseorang itu, ia tidak dinilai serbagai murid. Hubungan ruhani ini akan terjalin apabila seorang murid tidak lagi ragu untuk menerima perkataan orang yang jujur dan terpercaya dalam perkara yang diperbolehkan sesuai dengan syariat.
Barangsiapa yang melanggar salah satu dari syarat-syarat ini, maka terputuslah hubungannya dengan Syeikh, diangkat izin/ ijazah untuk mengamalkan tarekatnya hingga ia bertaubat dengan sungguh-sungguh dan memperbaharui ijazah tarekatnya.
Tak dipungkiri lagi bahwa mendustai perkataan orang yang jujur dan terpercaya dalam masalah yang perbolehkan syara' itu tidak dibenarkan. Syariat bahkan telah memerintahkan kita agar mencintai orang-orang yang sholeh, begitu juga dengan semua kaum muslimin. Kita juga dilarang untuk membenci dan menyakiti mereka selama mereka dalam kebenaran. Nah, bagaimana halnya dengan orang yang bernadzar/berjanji terhadap dirinya sendiri untuk  bergaul dengan orang yang sholeh dan terpercaya!.

HADIAH SHALAWAT BAGI AHLI KUBUR

Dikisahkan bahwa seorang wanita menghadap Hasan Basri r.a dan berkata: "Anak perempuanku meninggal dunia dan aku ingin melihatnya dalam mimpi".

Hasan Basri r.a berkata: "Shalatlah empat rakaat setelah isya dan bacalah surat At-Takatsur sekali setelah Fatihah pada tiap rakaat, lalu berbaringlah dan bacalah shalawat (kepada) Nabi sampai kamu tidur."

Wanita itu melakukanya, lalu dia melihat anaknya (dalam mimpi) disiksa dengan belenggu dan rantai.

Wanita itu mendatangi (kembali) Hasan Basri r.a dan menceritakan hal tersebut, sehingga Hasan Basri r.a sedih dan berkata: "Sedekahlah untuk anakmu".

Wanita itu melakukanya , kemudian Hasan Basri r.a malam itu bermimpi seakan-akan berada dalam sebuah taman di surga. Di taman itu ada sebuah tempat istirahat dimana terdapat seorang gadis jelita dan sebuah mahkota dari dari cahaya di kepalanya.

Gadis itu berkata: "Apakah anda mengenalku.?" Hasan Basri r.a menjawab: "Tidak"

Gadis itu berkata: "Aku adalah putri wanita tersebut (yang datang kepadamu)" Hasan Basri r.a berkata: "Ibumu mengatakan kamu tidak seperti ini."

Gadis itu berkata: "Dulu aku memang tidak seperti ini (ditaman diantara taman surga)". Hasan Basri r.a berkata: "Dengan apa kamu mencapai keadaan (martabat) ini.?"

Gadis itu menjawab: "Kami tujuh puluh ribu orang disiksa, lalu seorang lelaki soleh melewati kubur kami dan membaca Shalawat Nabi sekali serta menghadiahkan pahalanya kepada kami. Maka Allah memerdekakan/mengangkat kami dari siksa itu berkat dia (laki-laki soleh), dan aku (sekarang) mencapai kemuliaan seperti anda lihat."

Subhanallah Allahu Akbar ,,
Allahumma shalli alaa (sayyidina) Muhammad wa'ala aliy (sayyidina) Muhammad ,,

Sumber Kitab : Riyadhul Badiah syaikh an-nawawi al-bantani bab tasawwuf hal sholawat.

Subhanallah

Alangkah baiknya kita senantiasa mengingat akan kebesaran ALLAH SWT, dan senantiasa memberi salam penghormatan kepada Baginda Rasulullah Saw dengan Shalawat yang mudah2n ALLAH memberikan kita kemuliaan dan kehormatan baik di dunia, maupun di akhirat. Aamiin




Jaminan / Dhamanat Thariqah At Tijaniyyah

Yang sering dipermasalahkan oleh ulama Fiqh yg tidak mengerti Keutamaan Awrad umum maupun khusus dan ahli ingkar tashawuf dan thariqah
Sebagai contoh jaminan yang sering dipermasalahkan bahkan diingkari oleh sebagian ulama yang tidak mengerti thariqah atau oleh ulama yang ingkar thariqah adalah:
Ihwan Tijani yang istiqamah dengan thariqahnya mendapat jaminan masuk surga tanpa hisab dan tanpa disiksa, dirinya, kedua orang tuanya, istri maupun anak-anaknya. Jaminan ini sebenarnya sesuai dengan janji Allah SWT dalam Al Qur’anul Kariim:
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ ﴿ابراهيم:٤١﴾
“Ya Tuhan kami, berilah aku ampunan dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)"(QS. Ibrahim: 41).
يَا عِبَادِ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ وَلَا أَنتُمْ تَحْزَنُونَ ﴿٦٨﴾ الَّذِينَ آمَنُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا مُسْلِمِينَ ﴿٦٩﴾ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنتُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ تُحْبَرُونَ ﴿٧٠﴾﴿الزخرف: ٦٨- ٧٠﴾
"Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati” (68). “(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri” (69). “Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan."(70) (QS. Az Zuhruf: 68-70)
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ ﴿الطور:٢١﴾
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya” (QS. At Thur: 21).
Hadits Nabi Muhammad SAW:
قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَعَدَنِيْ رَبِّيْ عَزَّوَجَلَّ أَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِيْ سَبْعِيْنَ ألْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ، مَعَ كُلِّ ألْفٍ سَبْعُوْنَ ألْفًا وَثَلاَثُ حَثَيَاتٍ مِنْ حَثَيَاتِ رَبِّيْ عَزَّ وَجَلَّ (مسند إمام أحمد بن حنبل)
Rasulullah SAW bersabda: Tuhanku berjanji kepadaku bahwa ummatku akan masuk surga tanpa hisab dan tanpa disiksa sebanyak 70.000 (tujuh puluh ribu) orang, bersama setiap seribu orang tersebut, 70.000 (tujuh puluh ribu) orang, dan (ditambah) dengan tiga cidukan dari cidukan Tuhanku Yang Maha Mulya dan Maha Perkasa. (Musnad Imam Ahmad bin Hambal, hadits no. 22357)
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إنَّ مِنْ أمَّتِيْ مَنْ يَشْفَعُ فِي الْفِئَامِ مِنَ النَّاسِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَشْفَعُ لِلْقَبِيْلَةِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَشْفَعُ لِلْعُصْبَةِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَشْفَعُ لِلْوَاحِدِ، حَتَّى يَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ. (رَوَاهُ التُّرْمِذِيْ) وَزَادَ رَزَيْنُ (وَإِنَّمَا شَفَاعَتِيْ فِي أهْلِ الْكَبَائِرِ، وَإنَّهُ لَيُؤْمَرُ بِرَجُلٍ) (مسند إمام أحمد بن حنبل)
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya sebagian dari ummatku ada yang bisa memberi syafaat terhadap banyak golongan, ada yang bisa memberi syafaat kepada Qabilah / sukunya, ada yang bisa memberi syafaat kepada keluarganya, ada yang bisa memberi syafaat kepada satu orang saja sehingga mereka semuanya masuk surga. (HR. Thurmudzi) Dan Imam Razain dalam riwayatnya menambahkan: “Sesungguhnya syafaatku akan diberikan kepada ahli kabair (pelaku dosa dosa besar), dan hal tersebut akan dikuasakan (diwakilkan) kepada seorang laki laki (Wali Allah)”.
Catatan penting:
== 1 == “Sesungguhnya sebagian dari ummatku ada yang bisa memberi syafaat terhadap banyak golongan, ada yang bisa memberi syafaat kepada Qabilah / sukunya, ada yang bisa memberi syafaat kepada keluarganya”
Jaminan masuk surga tanpa hisab dan tanpa siksa bersama istri istrinya, anak anaknya dan kedua orang tuanya, sesuai Al Qur’an dan Haditds Nabi Muhammad SAW.
== 2 == “Sesungguhnya syafaatku akan diberikan kepada ahli kabair (pelaku dosa dosa besar), dan hal tersebut akan dikuasakan (diwakilkan) kepada seorang laki laki (Wali Allah)”.
Kami yakin pula bahwa isyarah dari makna hadits tersebut diatas (dikuasakan (diwakilkan) kepada seorang laki laki (Wali Allah)”. tertuju kepada guru kita Al Quthbi Al Maktum Abil Abbas Ahmad bin Muhammad At Tijani ra. yang mana ketika beliau mendapat amanat dari Rasulullah SAW untuk mengamalkan dan menyebarkan Thariqah Tijani yang mulya ini, beliau bertanya kepada Baginda Nabi Muhammad SAW: “Apa jaminan yang Tuan berikan kepada hamba dan orang yang mengikuti hamba?.. Nabi Muhammad SAW menjawab: Kamu adalah pintu rahmat Allah SWT bagi pelaku dosa dosa besar dan ahli maksiat yang ingin bertaubat dan kembali ke jalan Allah SWT”. dari kitab yang sama juga hadits:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الله قَالَ حَدَّثَنِيْ أَبِيْ قَالَ ثَنَا هَاشِمْ بِنْ اَلْقَاسِمِ قَالَ ثَنَا اَلْمَسْعُوْدِيْ قَالَ ثَنَي بَكِيْرُ بْنِ الأَخْنَسِ عَنْ رَجُلٍ عَنْ أَبِيْ بَكْرٍ اَلْصِّدِّيْقِ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُعْطِيْتُ سَبْعِيْنَ ألْفًا يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وُجُوْهُهُمْ كَالْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَقُلُوْبُهُمْ عَلَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ فَاسْتَزْدَتْ رَبِّيْ عَزَّ وَجَلَّ فَزَادَنِيْ مَعَ كُلِّ وَاحِدٍ سَبْعِيْنَ ألْفًا قَالَ أبُوْ بَكَرِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فَرَأيْتُ أنَّ ذَلِكَ آتِ عَلَى أهْلِ الْقُرَى وَمُصِيْبُ مَنْ حَافَاتَ الْبَوَادِيْ"(مسند إمام أحمد بن حنبل)
Bersabda Rasulullah SAW: ”Aku diberi (oleh Allah SWT) 70.000 (ummatku) akan masuk surga tanpa hisab. Wajah wajah mereka bagaikan bulan purnama, sedangkan HATI MEREKA BERADA DI HATI SEORANG LAKI LAKI (Wali Allah), kemudian Allah SWT memberi tambahan pada setiap orang (dari jumlah 70.000 tersebut) sebanyak 70.000 orang. Berkata Abu Bakar As Shiddiq ra. Maka aku melihat bahwa karunia tersebut diberikan kepada penduduk suatu kampung yang memenuhi sewluruh lembah”.
Catatan penting:
Kalau kita hitung, dari jumlah 70.000 x 70.000 maka jumlah keseluruhannya sebanyak 4.900.000.000.- (empat milyar sembilan ratus juta). Subhanallah wa tabaarokallaah... semoga kita tergolong pada jumlah tersebut.
HATI MEREKA BERADA DI HATI SEORANG LAKI LAKI (Wali Allah), Haqqul yaqin, Laki laki yang dimaksud adalah guru kita, Al Quthbi Al Maktum Ahmad bin Muhammad At Tijani ra. dimana pada posisi tersebut beliau juga dikenal sebagai HATI RASULULLAH atau QALBU MUHAMMADIYYAH. Yang merupakan wadah dari lautan Rahmat Allah SWT. (Rahmatan lil ‘alamiin).
Dan masih banyak hadits serupa yang menjelaskan dhamanat (jaminan) dari Allah SWT kepada Rasulullah SAW sebagai syafaat atas ummat beliau.
Kalau kita renungkan, andaikan seluruh ihwan Tijani dikumpulkan bersama istri istrinya, anak anaknya dan kedua orang tuanya, kami yakin jumlah seluruhnya tidak akan mencapai 1/3 (sepertiga) dari jumlah ummat Rasulullah SAW. yang mana menurut riwayat hadits yang kedua dalam rawi MAULID AD DIBA’I dinyatakan bahwa 1/3 ummat Rasulullah SAW akan masuk surga tanpa hisab, 1/3 masuk surga melalui hisab yang ringan dan 1/3nya lagi akhirnya masuk surga juga walaupun melalui hisab yang berat dan ketat,
Dengan demikian maka masuk akal / tidak mustahil bahkan wajar sekali apa yang dijanjikan Rasdulullah SAW kepada Sayyidi Syeikh Ahmad Tijani ra. bahwa ihwan Tijani beserta anak anaknya, istri istrinya dan kedua orang tuanya dijamin masuk surga tanpa hisab dan tanpa siksa berkat rahmat dan kasih sayang Allah SWT yang disebabkan tingginya martabat Sayyidi Syeikh ra. bukan karena kemulyaan dari masing masing pribadi ihwan tersebut.
Renungkan wahai saudaraku!!!....
Dalam satu haditsnya Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَانَ أخِرُ كَلاَمِهِ: لآاِلَهَ اِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ (رواه البخاري ومسلم – صحيح)
“Barangsiapa yang kalimat terakhirnya (sebelum mati mengucapkan) Laailaaha illallah, maka dia masuk surga” (HR. Bukhari dan Muslim – Shahih).
Ini adalah jaminan dari Allah SWT, melalui lisan Al Amin Rasulullah SAW, bahwa orang yang sebelum mati (kalimat terakhir) yang dia ucapkan adalah Laailaaha illallah, maka dia dijamin masuk surga. CUKUP 1 KALI LAAILAAHA ILLALLAAH – MASUK SURGA.
Pertanyaannya: Bagaimana dengan para pengamal awrad Thariqah At Tijaniyyah yang mana mereka wajib istiqamah setiap hari:
1. Menjaga dan mengamalkan syariat Islam dengan baik, terutama shalat lima waktu diawal waktu dan berjamaah.
2. Wajib beristighfar pagi dan sore 230 kali, bershalawat pagi dan sore 262 kali serta membaca dzikir laailaaha illallaah 300 kali. Lalu setiap jum’at sore wajib membaca laailaaha illallaah minimal 1000 kali.
3. Sangat ditekankan agar istiqamah shalat sunnah rawatib, tahajjud dan duha.
4. Sangat ditekankan agar selalu membaca Qur’an minimal 1 juz setiap hari sehingga setiap bulan minimal hatam 1 kali. Serta berbagai kebaikan lainnya dengan niat ibadah karena Allah SWT.
Kemudian dijanjikan oleh Rasulullah SAW melalui Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra, kepada mereka bahwa DIRINYA, ISTRI, ANAK-ANAK SERTA KEDUA ORANG TUANYA MASUK SURGA TANPA HISAB. Apakah menyalahi syariat Islam yang suci ini?......

Oleh : KH. Drs. Muhammad Yunus A. Hamid

Qashidah Istighfar



أ َ سـْــتـَـغـْـفـِـرُ الله، رَبَّ الـْــبـَرَايـَـا
أ َ سـْــتـَـغـْـفـِـرُ الله، مِــنَ الـْــخـَــطَايـَــا

رَبِّ ز ِدْنـِى عـِــلـْــمًـا نـَــافـِــعـًــا
وَوَفـِّــقـْــنـِــى عـَــمـَــلاً مـَــقـْــبـُــولاً
وَهَــبْ لـِــى ر ِزْقـًــا وَاسِــعـًــا
وَتـُــبْ عـَــلـَــيـْـنـَــا تـَــوبـَــة ً نـَــسـُــوحـًــا

وَلـِــهـَــذَا سـِــر ِّ * آدُع
فـِــى يـَــسـَــارى  وَ عـَــسـَــارى
أ َنـَــا عـَــبـْـدٌ صـَـارَ * فـَــقـْــرى
إ ِنَّ * فـَــقـْــرى * وَالـضـِّــرَارى *

وَالـْــكـَــفـَــانـِــى عـِــلـْــمُ رَبــِّــى *
بــِالـْــسـُــؤَالـِــى وَاخـْــتـِــيـأر ِى
يـَــا إ ِلــَــهـِــى وَ مـَــلِــيــكـِــى
أ َنـْــتَ تـَــعـْــلـَــمْ كـَــيـْــفَ حـَــالـِــى

Astaghfirullah robbal baroya
Astaghfirullah minal khotoya (2x)

Robbi zidni i`lman nafia`
Wawafiqni a`malan maqbula
Wahabli rizqon wasia`
Watub a`laina taubatan nasukha (2x)

Astaghfirullah robbal baroya
Astaghfirullah minal khotoya

Walihaza sirri adu` fi yasari wa a`sari
Ana a`bdun soro faqri inna faqri waddhirori
Inna faqri waddhirori

Astaghfirullah robbal baroya
Astaghfirullah minal khotoya

Walkafani i`lmu robbi
Bil suali wakhtiyari
Ya Ilahi wa maliki
Anta ta`lam kaifa khali (2x)

Astaghfirullah robbal baraya
Astaghfirullah minal khotoya

Artinya :

Aku mohon ampun pada Allah tuhan sekalian mahluk
Aku mohon ampun pada Allah dari pada segala dosa

Ya Allah ya Tuhanku tambahkan lah Ilmu yang bermanfaat kepadaku
Dan bimbing aku pada amalan yang diterima
Berikanlah aku rizqi yang luas
Dan terimalah taubatku taubat Nasukha

Dan ini rahasia seruan Do'a ku padamu
Dan aku berharap moga di permudahkan
 Aku adalah seorang hamba yang fakir
Sesungguhnya kami fakir dan memerlukanmu (membutuhkanmu)

Dan cukupkan aku dengan ilmumu ya rab
Dengan soalanku(permohonanku) dan pilihanku
Wahai tuhanku yang menguasai diriku
Engkau maha mengetahui keadaan hambamu ini 

Semoga bermanfaat Aamiin

Ijazah Doa Rasulullah S.A.W "Ya Man Azhharal Jamil..."


يَا مَنْ أَظْهَرَ الْجَمِيلَ، وَسَتَرَ الْقَبِيحَ، وَلَمْ يُؤَاخِذْ بَالْجَرِيرَةِ، وَلَمْ يَهْتِكِ السِّتْرَ، وَيَا عَظِيمَ الْعَفْوِ، وَيَا حَسَنَ التَّجَاوُزِ، وَيَا وَاسِع َالْمَغْفِرَةِ، وَيَا بَاسِطَ الْيَدَيْنِ بِالرَّحْمَةِ، وَيَا سَامِعَ كُلِّ نَجْوَى، وَيَا مُنْتَهَى كُلِّ شَكْوَى، وَيَا كَرِيْمَ الصَّفْحِ، وَيَا عَظِيمَ الْمَنِّ، وَيَا مُقِيلَ الْعَثَرَاتِ، وَيَا مُبْتَدِئاً بِالنِّعَمِ قَبْلَ اسْتِحْقَاقِهَا، يَا رَبِّي وَيَا سَيِّدِي وَيَا مَوْلَايَ وَيَا غَايَةَ رَغْبَتِي، أَسْأَلُكَ أَنْ لَا تُشَوِّهَ خِلْقَتِي بِبَلَاءِ الدُّنْيَا وَلَا بِعَذَابِ النَّارِ .

Artinya: “Wahai Yang menampakan keindahan dan menutupi keburukan, Wahai Yang tidak tergesa-gesa dalam menjatuhkan hukuman atas suatu kesalahan, dan juga tidak menyebar luaskan ke-aib-an hambaNya, Wahai Yang Maha Pemaaf dan Pengampun, Yang kedua tanganNya senantiasa terulur dengan rahmat, Wahai Yang Maha Mendengar setiap bisikan rintihan dan Tempat melimpahkan segala keluhan, Wahai Yang Maha Pemurah, Wahai Yang Amat besar anugrahNya, Wahai Yang Maha menepis segala ketergilinciran, Yang memberikan kenikmatan sebelum diminta, bahkan sebelum hambaNya berhak untuk mendapatkannya. Wahai Tuhanku, Wahai Junjunganku, Wahai Penolongku, Wahai Puncak Tujuanku, aku memohon kepadaMu janganlah Engkau hinakan diriku dengan mushibah dunia dan azab neraka”

Penjelasan:
Di dalam kitab al-Mustadrak alas shahihain, Imam al-Hakim al-Naisaburiy menyebutkan sebuah hadits Shahih dari Umar bin Syu`aib Radiyallahu Anhu yang ia terima dari bapaknya dan kakeknya. Kakeknya bernama Abdullah Bin Amr Bin Ash, kakeknya meriwayatkan dari Rasulullah: ia berkata :”Malaikat Jibril pernah datang kepada Rasulullah dengan membawa do`a ini dari langit Jibril berkata : “Salam sejahtera atas-mu ya Rasulallah”. Rasulullah menjawab : ”Salam sejahtera pula atas-mu ya Jibril”. Ia berkata :”Allah telah mengutusku untuk membawa sebuah hadiah untukmu”. “Hadiah apa ?” tanya Rasulullah. “Beberapa kalimat yang diambil-Nya dari gudang arsy” jawabnya. “Dengan kalimat ini, mudah-mudahan Allah akan memuliakanmu”. “Kalimat apa ya Jibril?” Tanya Rasulullah. Kemudian malaikat Jibril membacakan do`a ini : Yaa man azharal jamiil, wa satarol qabiih……..
Rasulullah bertanya lagi : “Fadhilah apa yang Allah berikan kepada pembacanya ?”. Malaikat Jibril menjawab : “Seandainya semua malaikat yang ada di tujuh lapis langit itu berkumpul untuk menggambarkan fadhilahnya, niscaya mereka semua tidak akan mampu untuk menggambarkan fadhilahnya sampai hari kiamat tiba. Dan Allah Taala telah berkata kepadaku : Kuberikan pahala kepada pembacanya sebanyak semua makhluk yang telah aku ciptakan, sebanyak tetesan air hujan, sebanyak pasir dan kerikil, dan Aku berikan pahala seperti yang di dapat oleh 70 orang nabi yang telah menyampaikan dakwah risalah”.

Imam al-Hakim an-Naisaburiy berkomentar : “Hadits ini sanadnya shahih karena perawinya mayoritas berasal dari penduduk Madinah yang terpercaya”.
berdasarkan Ijazah yg alfaqir terima dari Sayyid Abdul Karim Baqqasy Al Idrisi AlHusaini,Doa ini dianjurkan dibaca sebanyak 20 kali sehari semalam boleh pada satu waktu atau dibagi pada beberapa waktu (dicicil) misalnya setiap selesai shalat dibaca 4 kali. Atau juga dijadikan dzikr shobahan (pagi) 10 kali dan dzikir masaan (sore) 10 kali,

Para ahli ma'rifah mengatakan bahwa: "Doa Ya man Azharal Jamil" ini lebih tinggi dan lebih utama dari pada Hizb Saifiy.
Adapun sanad muttashil kepada imam al-Hakim an-Naisaburiy Radhiyallahu Anhu wafat tahun 405 Hijriyah sebagai berikut;


الحقيروالفقيرداسيف عبيدالله بن عبدالرحمن عن السيد عبد الكريم بقاش الادريسي الحسني عن العلامة المحدث السيد محمد بن محمد الحجوجي الحسني عن والده الحافظ السيد محمد بن محمد الحجوجي عن العلامة سيدي محمد الهاشمي المدني عن المسند سيدي فالح بن محمد الظاهري المدني عن سيدي محمد بن علي الخطابي السنوسي عن السيد الحافظ محمد مرتضى الزبيدي عن الشمس سيدي محمد بن سالم الحفني وهو عن سيدي عبد العزيز الزيادي عن الشمس سيدي محمد بن العلاء البابلي عن سيدي سالم بن محمد السنهوري عن النجم سيدي محمد بن احمد الغيطي عن القاضي الامام زكريا الانصاري عن الحافظ احمد بن علي بن حجر العسقلاني انبأنا ابو هريرة الذهبي اجازة عن القاسم بن المظفر عن ابي الحسن بن المقير عن ابي الفضل الميهني عن ابي بكر بن علي بن خلف عن صاحب كتاب المستدرك على الصحيحين الامام ابي عبد الله محمد بن عبد الله الحاكم النيسابوري رضي الله عنه .

Adapun sanad imam al-Hakim an-Naisaburiy bersambung kepada Rasulullah sebagai berikut;
الحاكم أبو عبد الله محمد بن عبد الله الحافظ أنبأ أبو العباس محمد بن أحمد المحبوبي بمرو ثنا أحمد بن عيسى الطرسوسي
و حدثنا أحمد بن سلمان الفقيه ببغداد ثنا إسماعيل بن إسحاق القاضي
و حدثنا محمد بن صالح بن هانىء ثنا الفضل بن محمد الشعراني قالوا : ثنا إسماعيل بن أبي أويس ثنا أحمد بن محمد بن داود الصنعاني أخبرني أفلح بن كثير ثنا ابن جريج عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده عمرو بن العاص رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم .


Lebih afdol Ijazah secara langsung kepada Mujiz atau kepada Muqoddam Thariqah at Tijaniyyah..


By
al Haqir wal Faqir Dasep S Ubaidillah bin R Abdurrahman
Khuwaidim Thariqah At Tijaniyyah
Pangandaran - Jawa Barat
HP. 081323776333 / 085862222848


*di kutip dari tulisan KH.Rizqi Dzulqornain,MA