Alhamdulillah, Asshalatu was Salamu 'alâ Rasulillah Shafwatuhu min kholqihi wa 'alâ Alihi wa man wâlah.
Marilah kita mulai perbincangan kita dengan hadist Nabi SAW yang
diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tirmidzi, Nabi Saw bersabda:
إِنَّ العُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِياَءِ
وَ إِنَّ الأَنْبِياَءَ لمْ يْورِثُوِا ديْنَاراً وَلا دْرهَماً ولكِنَّهُم
ورَّثُوا العِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بحَظٍّ وَافِر
Innal Ulamâ waratsatul Anbiya' wa innal Anbiyâa lam
yuritsu dinaran wala dirhaman walakinnahum warratsu al-ilm, faman akhodzahu akhodza bi haddzin wâfirin
Artinya:
“Sesungguhnya Ulama merupakan pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak
mewariskan dinar atau dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa
yang mengambilnya, maka ia telah meraut banyak kebaikan”.
Tidak diragukan lagi, salah satu ilmu yang diwariskan oleh para Nabi ’alaihimussalaam
ialah melepaskan diri dari belenggu kegelapan dan membersihkannya dari segala
kotoran materi serta mengarahkannya untuk menelusuri alam ruh dan malakut
sehingga tidak terperdaya lagi oleh materi atau sebagainya.
Ilmu ini bahkan dapat menyingkap segala sesuatu yang sangat halus dengan
kejernihan jiwa dan Nur Illahi, hingga dengannya ia dapat melihat, mendengar,
berdiam, bergerak, mengetahui, mengambil sesuatu, dan meninggalkan sesuatu
pekerjaan. Dengan sucinya hati, kelak ia menjadi orang yang dicintai-Nya.
Inilah bentuk kecintaan yang murni dan agung.
Ulama ruhani merupakan pewaris para Nabi. Allahlah yang mengajarkan
mereka segala penyakit dan obatnya. Mereka merupakan dokter hati dan dokter
kerusakan ruh atau jiwa. Salah satu nikmat yang Allah SWT berikan kepada ummat
Nabi Muhammad Saw, ialah keberadaan mereka di setiap zaman, hal ini sealur
dengan hadist Nabi Saw:
لاَ تزَالُ
طائِفَةٌ مِنْ أُمَّتىِ ظاهِرينَ علىَ الْحقِّ حتَّى تقُوْمَ السّاعَةَ
Laa tazâlu thoifatun min ummati dzohiriin 'alal-haqqi hatta taqûmas sa'ah
Artinya:
Segolongan dari ummatku kelak akan memperjuangkan kebenaran hingga hari
kiamat datang.
Allah Swt telah menyuruh kita untuk tazkiyatunnafs [mensucikan
jiwa] dan mendidiknya, Allah Swt berfirman :
ونَفْسٍ ومَا سوَّاهَا * فأَلْهَمَهَا
فُجُوْرَهَا وتَقْوَاها *
قَدْ أفْلَحَ مَنْ زَكَّاها * وقَدْ خاَبَ مَنْ
دسَّاهَا*
Wanafsin wama sawwaha, faalhamahâ fujurahâ
wataqwahâ, qad aflaha man zakkahâ waqad khoba man dassâha.
Artinya:
Demi jiwa dan penyempurnaan
(ciptaan)nya. Maka Dia mengilhaminya (jalan) kejahatan dan ketakwaan.Sungguh
beruntung orang-orang yang menyucikannya (jiwa). Dan sungguh merugi orang yang
mengotorinya (Asy-Syams : 7-10).
Nabi Saw menganjurkan agar kita berkumpul dan bergaul dengan orang-orang
yang memberikan pengaruh baik dalam proses penyucian jiwa. Ada suatu hadist shahih, diriwayatkan oleh
Imam Bukhori dan Imam Muslim yang mengisahkan keberadaan seseorang yang ingin
bertaubat setelah ia membunuh seratus orang.
Ia meminta petunjuk kepada seorang 'alim, kemudian dia orang 'alim
memberinya saran: Hendaknya engkau pergi ke suatu tempat, disana ada sekelompok
orang yang menyembah Allah Swt, beribadahlah bersama mereka, dan jangan kau
kembali lagi ke negeri asalmu karena itu merupakan tempat kejahatan. Iapun
bersigegas pergi ke tempat itu, namun sangat disayangkan pada pertengahan jalan
ia meninggal dunia, dua malaikat rahmah dan 'azhab berselisih akan prihal orang
ini. Hingga di akhir kisah, ia tergolong orang-orang yang mendapat rahmat.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori,
Muslim, Abu Daud dan Imam Ahmad, sabda Nabi SAW :
إنَّمَا مثَلَ
الجَليْسِ الصَّالِح و الجَْلِيْسِ السُِّْوء كَحَامِلِ المِسْكِ ونَافِخِ
الكِيْرِ. فَحَامِل المِسْكِ إمَّا أنْ يُحْذِيَكَ و إما أن تبَتْاَعَ مِنْه و
إمِاَّ أنْ تَجِدَ مِنُْه رِيحَةَ طَيِّبَِة ونَافِخِ الْكَيِر إمَِّا أنْ
يَخْرِقَ ثِياَبَكَ و إمَِّا أنْ تجَِدَ مِنْهُ رِيْحة ًخَِبيْثَةً
"Innama matsala al-jaliis es-sholih wal jaliis es-suũ' kahamilil al-miski wa
nafikhi al-kieri. Fahâmili al-miski imma an yuhdziyaka wa imma an tabtâ'a minhu
waimma an tajida minhu riehah thoyyibah. Wa nâfikhi al-kieri imma an yakhriqa
tsiyabaka waimma an tajida minhu riehah khobitsah".
Artinya :
Perumpamaan seorang sahabat yang baik dengan
sahabat yang buruk/jahat, layaknya penjual minyak wangi dan pandai besi.
Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak tersebut, atau engkau
membeli darinya ataupun engkau bisa mencium semerbak bau harum darinya.
Sedangkan pandai besi, ia bisa menjadikan bajumu terbakar, atau engkau dapat
mencium bau yang tidak sedap darinya.
Bergaul itu ada tingkatannya: yang paling tinggi ialah bergaulnya ruh
dengan ruh dan bercampur antara keduanya di alam qadasah wa shafa',
berkumpul karena Allah dan saling mencinta di dalam ketaatan dan jalanNya.
Inilah ruh sunan al-muhammadi, jalan menuju Allah yang telah
disepakati oleh para 'arifien. Jalan inilah yang mengumpulkan mereka,
sekalipun berbeda jalannya; diantaranya ada yang berjalan dengan cepat, ada
pula yang berjalan dengan lambat, ada pula yang terpengaruh dengan kecantikan,
ada juga yang terpengaruh dengan kekuasaan serta ada pula yang dipengaruhi oleh
keduanya.semua itu akan kembali kepada satu asal :
"Mencari Allah Swt, dan berlari
untuk mendapatkan-Nya, tinggalkankan segala sesuatu selain-Nya dengan
menyempurnakan pengabdian dalam ibadah dan menunaikah hak-hak
Rububiyyah-Nya"
Inilah pembahasan global setiap thariqah atau jalan menuju Allah Swt, diantaranya
" Thariqah TijanI". Apabila ada yang
keluar dari manhaj ini, maka gugurlah penisbatan thariqah kepadanya.
Seseorang seharusnya tidak tertipu oleh nafsunya dan meninggalkan
dirinya dalam pergumulan maksiat yang jauh dari kebenaran. Jagalah
diri, bergaullah dengan para shodiqin dan sholihin. Tidak
diragukan lagi bahwa orang yang paling utama untuk digauli (ditemani) adalah
mereka para Ulama ruhani ahlul haq yang Allah pilih dan ajarkan kepada
mereka ilmu ini.
Barang siapa yang tidak yakin dengan para Auliya' Allah dan karamat yang
Allah berikan kepada mereka; berupa pengetahuan akan sesuatu maupun tindakan
yang diluar jangkauan akal manusia, baik ia masih hidup maupun sudah meninggal
dunia, hendaknya ia merujuk kembali al-Qur'an dan as-Sunnah serta ketetapan
ulama. Ada
banyak hadist shahih yang membahas tentang hal ini.
Ulasan disini hanya bagi orang-orang yang Allah beri kefahaman dan ingin
terbebas dari belenggu materi serta membuka tabir penghalang yang ada di
hatinya, oleh karenanya hendaklah ia memilih satu dokter dari sekian banyak
dokter.
Semua thariqah itu akan sampai pada hadrah-Nya, layaknya masjidil
haram dengan pintunya yang banyak, siapapun yang masuk dari satu pintu maka
ia sudah berada di hadrah-Nya.
Aku telah mencoba bergaul (baca: berteman) dengan mereka, berapa banyak
orang yang jahat berubah manjadi baik, berapa banyak mata yang gelap manjadi
cerah dan bersinar, dan masih banyak lagi yang lainnya, sebagaimana pengakuan
teman dan lawan.
Seorang ahlul fath Thariqah Tijani menyebutkan, bahwa masyrab
(sumber; yang dimaksud ialah Sayyidi Syaikh Ahmad bin Muhammad At Tijani QS) memiliki tingkatan yang paling
tinggi dibanding lainnya, yang tercakup didalam setiap thariqah tarbiyah
(suatu proses penggemblengan).
Para ‘arifien billah
menggembleng dirinya melalui thariqah-thariqah Allah, sebagian mereka ada yang
mentarbiyah (mendidik jiwa) dengan hal yang dzahir bukan yang bathin, sebagian
lainnya ada yang mentarbiyah dengan cara berkhalwat (menyendiri), ada lagi yang
mentarbiyah dengan sirr (secara rahasia), ada pula yang mentarbiyah
dengan dzikr jahry.
Sebagian orang ada yang "sampai" (wushul kepada Allah Swt)
dengan jalan bersholawat kepada Nabi SAW , ada pula yang mencapai peningkatan
rohani dengan cara bertafakkur, bertawajjuh, ada pula yang melalui dzikir
dengan lafadz-lafadz maupun nama-nama Allah SWT dan lain sebagainnya.
Hal ini ditentukan oleh izin syaikh, atau sirr ruhani sehingga ia
menjadi lebih sempurna. Nah, disinilah berkumpulnya setiap keistimewaan setiap
thariqah, dan semua akan menyendiri
dengan kekhususannya sendiri-sendiri
ذَلِكَ فَضْلُ
اللهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاء واللهُ ذُوالفَضْلِ العَظِيْمِ
Dzalika fadhlullahi yu'tihi man yasa' wallahu dzul fadhlil 'Adziem
Artinya:
Demikian karunia Allah yang diberikan kepada yang
Dia kehendaki; Dan Allah memiliki karunia yang besar (Qs.Al-Jum'ah: 4)
Murid dalam suatu thariqah dapat dibagi menjadi dua
kategori:
a)Murid Tabarruk, ia tidak terikat dengan syarat-syarat
tarbiyah.
b)Murid Tarbiyah yang diharuskan terkait pada segala syarat-syarat
tertentu.
Para syaikh thariqah sepakat, seorang murid hendaknya
percaya kepada syaikh thariqah bahwa beliaulah yang paling
utama dibanding syeikh thariqah yang lainnya, dan thariqahnya merupakan yang thariqah yang
paling tinggi.
Ulasan kita ini akan difokuskan pada "Murid
Tarbiyah", dan thariqah ini tidak diizinkan untuk diamalkan kecuali
setelah memenuhi syarat-syaratnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar