"Ketahuilah, bahwa tashawuf itu ialah patuh mengamalkan perintah dan menjauhi larangan lahir dan bathin sesuai dengan ridha-Nya, bukan sesuai dengan ridhamu" (Asy-Syaikh Ahmad At-Tijani, Jawahirul Ma'ani, 2 : 84)

Kamis, 29 September 2016

Awalnya Thariqah Dan Akhirnya Mengamalkan Al-Qur'an dan As-Sunnah


Alhamdulillah, Asshalatu was Salamu 'alâ Rasulillah Shafwatuhu min kholqihi wa 'alâ Alihi wa man wâlah.
Marilah kita mulai perbincangan kita dengan hadist Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tirmidzi, Nabi Saw bersabda:
إِنَّ العُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِياَءِ وَ إِنَّ الأَنْبِياَءَ لمْ يْورِثُوِا ديْنَاراً وَلا دْرهَماً ولكِنَّهُم ورَّثُوا العِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بحَظٍّ وَافِر
Innal Ulamâ waratsatul Anbiya' wa innal Anbiyâa lam yuritsu dinaran wala dirhaman walakinnahum warratsu al-ilm,  faman akhodzahu akhodza bi haddzin wâfirin
Artinya:
“Sesungguhnya Ulama merupakan pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka ia telah meraut banyak kebaikan”.
Tidak diragukan lagi, salah satu ilmu yang diwariskan oleh para Nabi ’alaihimussalaam ialah melepaskan diri dari belenggu kegelapan dan membersihkannya dari segala kotoran materi serta mengarahkannya untuk menelusuri alam ruh dan malakut sehingga tidak terperdaya lagi oleh materi atau sebagainya.
Ilmu ini bahkan dapat menyingkap segala sesuatu yang sangat halus dengan kejernihan jiwa dan Nur Illahi, hingga dengannya ia dapat melihat, mendengar, berdiam, bergerak, mengetahui, mengambil sesuatu, dan meninggalkan sesuatu pekerjaan. Dengan sucinya hati, kelak ia menjadi orang yang dicintai-Nya. Inilah bentuk kecintaan yang murni dan agung.
Ulama ruhani merupakan pewaris para Nabi. Allahlah yang mengajarkan mereka segala penyakit dan obatnya. Mereka merupakan dokter hati dan dokter kerusakan ruh atau jiwa. Salah satu nikmat yang Allah SWT berikan kepada ummat Nabi Muhammad Saw, ialah keberadaan mereka di setiap zaman, hal ini sealur dengan hadist Nabi Saw:
لاَ تزَالُ طائِفَةٌ مِنْ أُمَّتىِ ظاهِرينَ علىَ الْحقِّ حتَّى تقُوْمَ السّاعَةَ
Laa tazâlu thoifatun min ummati dzohiriin 'alal-haqqi hatta taqûmas sa'ah
Artinya:
Segolongan dari ummatku kelak akan memperjuangkan kebenaran hingga hari kiamat datang.
Allah Swt telah menyuruh kita untuk tazkiyatunnafs [mensucikan jiwa] dan mendidiknya, Allah Swt berfirman :
ونَفْسٍ ومَا سوَّاهَا * فأَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وتَقْوَاها *
 قَدْ أفْلَحَ مَنْ زَكَّاها * وقَدْ خاَبَ مَنْ دسَّاهَا*
Wanafsin wama sawwaha, faalhamahâ fujurahâ wataqwahâ, qad aflaha man zakkahâ waqad khoba man dassâha.
Artinya:
Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaan)nya. Maka Dia mengilhaminya (jalan) kejahatan dan ketakwaan.Sungguh beruntung orang-orang yang menyucikannya (jiwa). Dan sungguh merugi orang yang mengotorinya (Asy-Syams : 7-10).
Nabi Saw menganjurkan agar kita berkumpul dan bergaul dengan orang-orang yang memberikan pengaruh baik dalam proses penyucian jiwa. Ada suatu hadist shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim yang mengisahkan keberadaan seseorang yang ingin bertaubat setelah ia membunuh seratus orang.
Ia meminta petunjuk kepada seorang 'alim, kemudian dia orang 'alim memberinya saran: Hendaknya engkau pergi ke suatu tempat, disana ada sekelompok orang yang menyembah Allah Swt, beribadahlah bersama mereka, dan jangan kau kembali lagi ke negeri asalmu karena itu merupakan tempat kejahatan. Iapun bersigegas pergi ke tempat itu, namun sangat disayangkan pada pertengahan jalan ia meninggal dunia, dua malaikat rahmah dan 'azhab berselisih akan prihal orang ini. Hingga di akhir kisah, ia tergolong orang-orang yang mendapat rahmat.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Muslim, Abu Daud dan Imam Ahmad, sabda Nabi SAW :
إنَّمَا مثَلَ الجَليْسِ الصَّالِح و الجَْلِيْسِ السُِّْوء كَحَامِلِ المِسْكِ ونَافِخِ الكِيْرِ. فَحَامِل المِسْكِ إمَّا أنْ يُحْذِيَكَ و إما أن تبَتْاَعَ مِنْه و إمِاَّ أنْ تَجِدَ مِنُْه رِيحَةَ طَيِّبَِة ونَافِخِ الْكَيِر إمَِّا أنْ يَخْرِقَ ثِياَبَكَ و إمَِّا أنْ تجَِدَ مِنْهُ رِيْحة ًخَِبيْثَةً
"Innama matsala al-jaliis es-sholih wal jaliis es-suũ' kahamilil al-miski wa nafikhi al-kieri. Fahâmili al-miski imma an yuhdziyaka wa imma an tabtâ'a minhu waimma an tajida minhu riehah thoyyibah. Wa nâfikhi al-kieri imma an yakhriqa tsiyabaka waimma an tajida minhu riehah khobitsah".
Artinya :
Perumpamaan seorang sahabat yang baik dengan sahabat yang buruk/jahat, layaknya penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak tersebut, atau engkau membeli darinya ataupun engkau bisa mencium semerbak bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, ia bisa menjadikan bajumu terbakar, atau engkau dapat mencium bau yang tidak sedap darinya.
Bergaul itu ada tingkatannya: yang paling tinggi ialah bergaulnya ruh dengan ruh dan bercampur antara keduanya di alam qadasah wa shafa', berkumpul karena Allah dan saling mencinta di dalam ketaatan dan jalanNya.
Inilah ruh sunan al-muhammadi, jalan menuju Allah yang telah disepakati oleh para 'arifien. Jalan inilah yang mengumpulkan mereka, sekalipun berbeda jalannya; diantaranya ada yang berjalan dengan cepat, ada pula yang berjalan dengan lambat, ada pula yang terpengaruh dengan kecantikan, ada juga yang terpengaruh dengan kekuasaan serta ada pula yang dipengaruhi oleh keduanya.semua itu akan kembali kepada satu asal :
"Mencari Allah Swt, dan berlari untuk mendapatkan-Nya, tinggalkankan segala sesuatu selain-Nya dengan menyempurnakan pengabdian dalam ibadah dan menunaikah hak-hak Rububiyyah-Nya"
Inilah pembahasan global setiap thariqah atau jalan menuju Allah Swt, diantaranya " Thariqah TijanI". Apabila ada yang keluar dari manhaj ini, maka gugurlah penisbatan thariqah kepadanya.
Seseorang seharusnya tidak tertipu oleh nafsunya dan meninggalkan dirinya dalam pergumulan maksiat yang jauh dari kebenaran. Jagalah diri, bergaullah dengan para shodiqin dan sholihin. Tidak diragukan lagi bahwa orang yang paling utama untuk digauli (ditemani) adalah mereka para Ulama ruhani ahlul haq yang Allah pilih dan ajarkan kepada mereka ilmu ini.
Barang siapa yang tidak yakin dengan para Auliya' Allah dan karamat yang Allah berikan kepada mereka; berupa pengetahuan akan sesuatu maupun tindakan yang diluar jangkauan akal manusia, baik ia masih hidup maupun sudah meninggal dunia, hendaknya ia merujuk kembali al-Qur'an dan as-Sunnah serta ketetapan ulama. Ada banyak hadist shahih yang membahas tentang hal ini.
Ulasan disini hanya bagi orang-orang yang Allah beri kefahaman dan ingin terbebas dari belenggu materi serta membuka tabir penghalang yang ada di hatinya, oleh karenanya hendaklah ia memilih satu dokter dari sekian banyak dokter.
Semua thariqah itu akan sampai pada hadrah-Nya, layaknya masjidil haram dengan pintunya yang banyak, siapapun yang masuk dari satu pintu maka ia sudah berada di hadrah-Nya.
Aku telah mencoba bergaul (baca: berteman) dengan mereka, berapa banyak orang yang jahat berubah manjadi baik, berapa banyak mata yang gelap manjadi cerah dan bersinar, dan masih banyak lagi yang lainnya, sebagaimana pengakuan teman dan lawan.
Seorang ahlul fath Thariqah Tijani menyebutkan, bahwa masyrab (sumber; yang dimaksud ialah Sayyidi Syaikh Ahmad bin Muhammad At Tijani QS) memiliki tingkatan yang paling tinggi dibanding lainnya, yang tercakup didalam setiap thariqah tarbiyah (suatu proses penggemblengan).
Para ‘arifien billah  menggembleng dirinya melalui thariqah-thariqah Allah, sebagian mereka ada yang mentarbiyah (mendidik jiwa) dengan hal yang dzahir bukan yang bathin, sebagian lainnya ada yang mentarbiyah dengan cara berkhalwat (menyendiri), ada lagi yang mentarbiyah dengan sirr (secara rahasia), ada pula yang mentarbiyah dengan dzikr jahry.
Sebagian orang ada yang "sampai" (wushul kepada Allah Swt) dengan jalan bersholawat kepada Nabi SAW , ada pula yang mencapai peningkatan rohani dengan cara bertafakkur, bertawajjuh, ada pula yang melalui dzikir dengan lafadz-lafadz maupun nama-nama Allah SWT dan lain sebagainnya.
Hal ini ditentukan oleh izin syaikh, atau sirr ruhani sehingga ia menjadi lebih sempurna. Nah, disinilah berkumpulnya setiap keistimewaan setiap thariqah, dan semua akan menyendiri dengan kekhususannya sendiri-sendiri
ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاء واللهُ ذُوالفَضْلِ العَظِيْمِ
Dzalika fadhlullahi yu'tihi man yasa' wallahu dzul fadhlil 'Adziem
Artinya:
Demikian karunia Allah yang diberikan kepada yang Dia kehendaki; Dan Allah memiliki karunia yang besar (Qs.Al-Jum'ah: 4)
Murid dalam suatu thariqah dapat dibagi menjadi dua kategori:
a)Murid Tabarruk, ia tidak terikat dengan syarat-syarat tarbiyah.
b)Murid Tarbiyah yang diharuskan terkait pada segala syarat-syarat tertentu.
Para syaikh thariqah sepakat, seorang murid hendaknya percaya kepada syaikh thariqah bahwa beliaulah yang paling utama dibanding syeikh thariqah yang lainnya, dan thariqahnya merupakan yang thariqah yang paling tinggi.
Ulasan kita ini akan difokuskan pada "Murid Tarbiyah", dan thariqah ini tidak diizinkan untuk diamalkan kecuali setelah memenuhi syarat-syaratnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar