"Ketahuilah, bahwa tashawuf itu ialah patuh mengamalkan perintah dan menjauhi larangan lahir dan bathin sesuai dengan ridha-Nya, bukan sesuai dengan ridhamu" (Asy-Syaikh Ahmad At-Tijani, Jawahirul Ma'ani, 2 : 84)

Kamis, 04 Januari 2018

Uhibbukum Fillah, Tren Lama yang Terlupakan

Islamedia -"Aku cinta kamu karena Allah"
Cinta, itulah makna singkat yang terkandung di dalam kata-kata tersebut.
Tak hanya sekadar ungkapan lisan, ia membawa sejuta ungkapan, mewakili beribu makna, kebahagiaan. Ruh cinta yang ia bawa begitu kuat, sehingga mampu menghidupkan hati yang kelam, jiwa yang 'mati' dan raga yang haus akan cinta.
Tak banyak ungkapan cinta yang mampu mewakili perasaan. Bahkan penyair pun butuh puluhan bait untuk mengungkapkan cintanya.Tak jarang para pujangga begitu lama berkutat dengan syair-syair rindu, hanya untuk mengungkapkan rasa cintanya. Tetapi, kata-kata ini sungguh memiliki kekuatan. Kekuatan dahsyat yang melebihi jutaan ungkapan cinta, melebihi puluhan bait puisi cinta. Maknanya dalam, begitu dalam sehingga siapapun yang memahaminya pasti cukup untuk menentramkan cintanya.
Sayangnya, kata-kata ini bagi sebagian orang menjadi sosok yang tabu di zaman sekarang. Begitu enggan kita mengungkapkannya. Senantiasa merasa minder untuk mengungkapkannya. Padahal ia dahulu adalah tren, tapi kini terlupakan. Hanya mereka yang benar-benar paham akan kandungan cintanya yang mampu mengungkapkannya. Itulah mengapa kata-kata ini begitu populer dikalangan para sahabat Rasul. Mungkin kalau zaman sekarang sudah menjadi trending topic...
Bahkan kisah tentangnya pun tercantum dalam sebuah hadits.
Ketika seseorang sedang berada di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam, bersamaan dengan itu ada orang yang lewat di hadapan mereka. Lantas ia mengatakan: “Wahai Rasulullah sesungguhnya aku benar-benar mencintai orang ini (yang baru saja lewat). maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam berkata kepadanya: “Apakah engkau telah memberitahukan hal tersebut kepadanya?” Ia berkata: “Belum.” Beliau berkata: “Hendaknya engkau utarakan kepadanya”. Maka ia langsung mengejar orang itu dan mengatakan “Inni uhibbuka fillah” (sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah), orang tersebut menjawab: “Ahabbakalladzi ahbabtani lahu” (Semoga engkau dicintai olehNya karena engkau mencintai aku karena-Nya). (HR. Abu Daud) Begitu dalam perasaan itu, begitu indah ungkapan itu.
Ungkapan cinta ini bukan sekadar ucapan. Ia mewakili 2 ikatan agung antara makhluk dengan makhluk dan antara makhluk dengan Penciptanya. Cintanya terikat dalam naungan Sang Pengasih. Karena pada kalimat yang demikian itu akan mempertemukan kecintaan di dalam hati, dan seorang insan jika ia mengetahui bahwa engkau mencintainya, maka ia akan membalas cintanya kepadamu. Juga doa yang dibalaskan pada hadits tadi menandakan buah cinta mereka tidak lain hanya untuk mengharap ridha dan kasih dari San Khaliq. Begitulah Rasul sallahu'alaihi wasallam memberi perumpamaan kepada kita tentang kuatnya arti ungkapan cinta, "Ruh-ruh adalah seperti tentara yang berbaris-baris, maka yang saling mengenal akan bersatu dan yang saling mengingkari akan berselisih" (Muttafaqqun'alaih)
Inni uhibbukum fillah, sesungguhnya saya mencintai kalian karena Allah.
Ungkapan yang tidak hanya bisa menyatukan hati saudara-saudaranya untuk tetap teguh, untuk tetap tulus, lebih dari itu karena ia yakin hanya ungkapan inilah yang mampu meluapkan seluruh perasaan beliau kepada saudara-saudaranya. Sehingga kata-kata ini menjadi cukup untuk menghembuskan cintanya yang begitu besar.
Saudaraku, sudah cukup kita tenggelam dalam pengaruh musuh-musuh islam. Karena kebencianlah mereka menghapus cinta itu diantara kita. Karena dengkilah mereka menjadikan cinta itu buta diantara kita, sehingga kita saling beradu pandang dan saling menuduh, berpecah belah. Berapa besar cinta sejati yang sudah kita sampaikan kepada saudara kita?
Inni uhibbukum fillah, sesungguhnya saya mencintai kalian karena Allah. Karena hanya kata-kata itu yang mampu mewakili perasaan cintaku kepada kalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar