"Ketahuilah, bahwa tashawuf itu ialah patuh mengamalkan perintah dan menjauhi larangan lahir dan bathin sesuai dengan ridha-Nya, bukan sesuai dengan ridhamu" (Asy-Syaikh Ahmad At-Tijani, Jawahirul Ma'ani, 2 : 84)

Kamis, 17 Januari 2013

FENOMENA MAJELIS DZIKIR

Sering kita melihat, mendengar atau membaca dimedia-media cetak atau elektronik adanya kegiatan Dzikir yang diikuti oleh orang banyak dengan istilah Dzikir Akbar, Dzikir Nasional, Istighosah dll.yang biasanya dilatarbelakangi dengan berbagai macam tujuan. Ada yang diadakan karena adanya keprihatian agar keluar dari krisis, mendoakan saudara-saudara kita yang sedang mengalami musibah bencana alam atau peperangan, bertujuan untuk pengobatan, akan menghadapi ujian nasional (UN) yang kemarin banyak dilakukan para siswa diberbagai daerah, bahkan sebagai penggalangan massa untuk mendukung calon atau kandidat tertentu. Kalau dikampung-kampung Majelis Dzikir ini kita kenal dengan nama yasinan, tahlilan, mujahadahan yang juga dilatarbelakangi dengan berbagai tujuan baik itu hanya sekedar kegiatan rutin, untuk permohonan hajat (Hajatan), permohonan keselamatan (Selametan) , tanyakuran atau mendoakan saudara yang telah meninggal dunia. Menurut saya itu baik dan sah-sah saja asal dari semua tujuan yang melatarbelakanginya disandarkan hanya kepada Allah dan cara-cara yang dilakukan tidak ada yang bertentangan dengan syari’at agama. Bukankah Rosulullah saw telah menyatakan bahwa Majelis Dzikir senantiasa dihadiri juga oleh para malaikat sehingga doa yang dibaca dimajelis tersebut lebih besar harapan untuk dikabulkan oleh Allah swt. Banyak hadits yang menunjukkan keutamaan majelis Dzikir diantaranya didalam kitab Riyadhussolihin disebutkan, Hadits dari Abu sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah ra. Keduanya berkata : Rosulullah saw bersabda:
Sekelompok orang yang duduk berdzikir kepada Allah, pasti dikelilingi para malaikat, diliputi rahmat, dituruni ketenangan dan disebut-sebut Allah di kalangan mahluk yang berada di sisi-Nya”. (HR. Muslim)
Kegiatan itu biasanya meliputi pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an diantaranya Al-Fatihan,Al-Ikhlash, Mu’awidatain, Yaasin, Awal dan akhir dari surat Al-Baqarah, ayat kursi, tasbih, tahmid, tahlil, takbir, sholawat, istighfar dll. Dan biasanya ada tausiah atau nasehat-nasehat dan diakhiri dengan doa yang semua itu untuk mengingat Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Bagi saya Majelis Dzikir ini merupakan media pencerahan dan sebagai latihan untuk lebih memantapkan berkonsentrasi didalam berdzikir kepada Allah. Karena itu didalam berdzkir tidak hanya lesan yang berucap tetapi hati dan pikiran harus dihadirkan sehingga betul-betul terasa getaran-getaran kalimat Dzikir itu pada jiwa sehingga jiwa semakin terasa tentram, pada hati sehingga hati bertambah tenang dan pada pikiran sehnigga pikiran ini semakin bertambah cerdas.
Allah SWT telah berfirman :
“ Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan dzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram”(QS. Ar-Ra’d : 28)
Satu hal yang membuat saya tertegun dalam Majelis Dzikir itu adalah kekhusukan dan memuncaknya konsentrasi para jamaah sehingga ada sebagian jama’ah yang tidak kuat menahan air matanya menetes karena mereka betul-betul tersentuh jiwa, hati dan pikirannya. Rasa tentram, hidup terasa lebih ringan, lebih berpasrah diri/tawakkal pada Allah, pikiran terasa lebih segar dan cerdas untuk berfikir dan kenikmatan-kenikmatan lain yang sulit untuk diungkapkan. Karena itu kebiasaan kita mengikuti Majelis Dzikir ini jangan sampai disitu saja tapi Dzikir ini kita jadikan nafas kehidupan didalam setiap waktu sehingga kehidupan kita akan senantiasa tentram, bahagia, dilindungi dan ditolong oleh Allah swt. Kita jadikan Dzikir ini sebagai senjata ampuh dalam mengatasi permasalahan hidup disamping tentunya tetap berikhtiar. Saya sendiri telah membuktikan dimana saat itu saya terkena masalah yaitu tuduhan pencurian sehingga harus diinterograsi dikantor polisi disuruh ( dipaksa ) untuk mengakui, namun dengan kekuatan Dzikir semua itu teratasi dan permasalahan selesai. Tentu masih banyak lagi contohnya baik yang saya alami sendiri maupun dialami oleh orang-orang yang menggunakan kekuatan Dzikir.
Tidak hanya itu ada implikasi lain dengan kita mengikuti majelis Dzikir. Kita bisa bersilaturahmi, bertemu dengan saudara-2 kita kemudian bisa saling mengenal, saling menyapa sehingga dapat terbentuk suatu jejaring sosial. Dari jejaring sosial itu kita akan dapat banyak informasi dan saling mempromosikan potensi dan keahlian diantara para jamaah dan seterusnya. Dengan demikian akan dapat memberikan kemanfaatan dalam kehidupan para jamaah baik berkaitan dengan kegiatan keagamaan maupun kegiatan yang bersifat muamalah atau pekerjaan bahkan bisa digunakan untuk mencarikan jodoh saudara kita yang belum menemukan jodohnya. Kalau semua itu diawali dari perkumpulan atau majelisyang dimuliakan Allah, InsyaAllah hasil-hasilnya akan diberkahi oleh-Nya. Karena kalau perkumpulan yang kita hadiri tidak ada Dzikirnya maka kita akan mendapatkan ancaman dari Allah sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi (yang menyatakan Hasan) dari Abu Hurairah, Rosulullah saw bersabda :
Tiada suatu golongan yang duduk menghadiri suatu majelis tapi mereka disana tidak dzikir pada Allah swt dan tak mengucapkan sholawat atas nabi saw, kecuali mereka akan mendapat kekecewaan di hari kiamat.”
Juga diriwayatkan oleh Ahmad bin hambal dengan kata-katanya yang berbunyi :
Tiada ampunan yang menghadiri suatu majelis tanpa adanya Dzikir kepada Allah Ta’ala, kecuali mereka akan mendapat tiratun artinya kesulitan.”
Juga Hadits dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda :
Tiada suatu kaum yang bangun ( bubaran ) dari suatu majelis dimana mereka tidak berdzikir kepada Allah dalam mejelis itu, melainkan mereka bangun dari sesuatu yang serupa dengan bangkai himar/keledai dan akan menjadi penyesalan mereka kelak di hari kiamat.” ( HR. Abu dawud )
Sesuai dengan namanya, majelis Dzikir juga merupakan media sebagai peringatan agar kita senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan senantiasa dzikrullah dalam setiap kesempatan dan berusaha tidak membuang waktu sia-sia karena lalai dengan menghadiri perkumpulan-perkumpulan yang jauh dari Dzikrullah. Sehingga dengan menghadiri Majelis Dzikir paling tidak seminggu sekali akan senantiasa mengingatkan kepada kita agar kita tidak lalai kepada Dzat yang memberi hidup, tempat kita mengadu bila ada masalah, tempat kita mohon pertolongan bila ada hajat, tempat mohon perlindungan bila ada sesuatu yang membahayakan dan seterusnya sehingga dalam diri kita selalu ada Allah swt. Kedekatan dan ingatan kita kepada Allah dari Majelis Dzikir akan senantiasa terbawa disetiap saat dan di setiap aktivitas karena dzikir adalah ruh setiap ibadah, segala aktivitas kita baik itu disiang hari maupun di malam hari akan bernilai ibadah kalau diiringi dengan berdzikir kepada Allah.
Kalau dilihat dari segi kemanfaatan sebuah Majelis dzikir maka akan terlihat besar sekali manfaatnya baik dari aspek spiritual-rohani maupun dari aspek sosial kemasyarakatan. Meraka yang sering menghadiri Majeli-majelis Dzikir biasanya mempunyai toleransi yang tinggi karena adanya dimensi sosial yang mereka rasakan, lihat dan alami sendiri betapa kehidupan itu sangat kaya dan heterogen dalam sosial-budaya. Meraka tahu bahwa hidup tidak hanya hitam putih akan tetapi perlu adanya sentuhan-sentuhan kesalehan sosial.
Mudah-mudahan dengan suka dan sering menghadiri Majelis-Majelis Dzikir, kita diberi Allah ketentraman dan ketenangan dalam kehidupan kita, diberi kecerdasan-kecerdasan, tidak hanya kecerdasan intelektual tetapi juga kecerdasan emosi, spiritual dan ma’rifatullah sebagaimana yang telah didapatkan oleh para Kiayi dengan pondok pesantren dan para santrinya yang datang dari berbagai daerah, AA Gym dengan Manajemen Qolbunya, M. Arifin Ilham dengan majelis Dzikranya, Yusuf Mansur dengan Darul Qur’annya dan yang lainnya. Hanya Allah Dzat yang mengetahui segala kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar