Sering
kita melihat, mendengar atau membaca dimedia-media cetak atau
elektronik adanya kegiatan Dzikir yang diikuti oleh orang banyak dengan
istilah Dzikir Akbar, Dzikir Nasional, Istighosah dll.yang biasanya
dilatarbelakangi dengan berbagai macam tujuan. Ada yang diadakan karena
adanya keprihatian agar keluar dari krisis, mendoakan saudara-saudara
kita yang sedang mengalami musibah bencana alam atau peperangan,
bertujuan untuk pengobatan, akan menghadapi ujian nasional (UN) yang
kemarin banyak dilakukan para siswa diberbagai daerah, bahkan sebagai
penggalangan massa untuk mendukung calon atau kandidat tertentu. Kalau
dikampung-kampung Majelis Dzikir ini kita kenal dengan nama yasinan,
tahlilan, mujahadahan yang juga dilatarbelakangi dengan berbagai tujuan
baik itu hanya sekedar kegiatan rutin, untuk permohonan hajat (Hajatan),
permohonan keselamatan (Selametan) , tanyakuran atau mendoakan saudara
yang telah meninggal dunia. Menurut saya itu baik dan sah-sah saja asal
dari semua tujuan yang melatarbelakanginya disandarkan hanya kepada
Allah dan cara-cara yang dilakukan tidak ada yang
bertentangan dengan syari’at agama. Bukankah Rosulullah saw telah
menyatakan bahwa Majelis Dzikir senantiasa dihadiri juga oleh para
malaikat sehingga doa yang dibaca dimajelis tersebut lebih besar harapan
untuk dikabulkan oleh Allah swt. Banyak hadits yang menunjukkan
keutamaan majelis Dzikir diantaranya didalam kitab Riyadhussolihin
disebutkan, Hadits dari Abu sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah ra.
Keduanya berkata : Rosulullah saw bersabda:
” Sekelompok
orang yang duduk berdzikir kepada Allah, pasti dikelilingi para
malaikat, diliputi rahmat, dituruni ketenangan dan disebut-sebut Allah
di kalangan mahluk yang berada di sisi-Nya”. (HR. Muslim)
Kegiatan
itu biasanya meliputi pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an diantaranya
Al-Fatihan,Al-Ikhlash, Mu’awidatain, Yaasin, Awal dan akhir dari surat
Al-Baqarah, ayat kursi, tasbih, tahmid, tahlil, takbir, sholawat,
istighfar dll. Dan biasanya ada tausiah atau nasehat-nasehat dan
diakhiri dengan doa yang semua itu untuk mengingat Allah dan mendekatkan
diri kepada-Nya.
Bagi
saya Majelis Dzikir ini merupakan media pencerahan dan sebagai latihan
untuk lebih memantapkan berkonsentrasi didalam berdzikir kepada Allah.
Karena itu didalam berdzkir tidak hanya lesan yang berucap tetapi hati
dan pikiran harus dihadirkan sehingga betul-betul terasa getaran-getaran
kalimat Dzikir itu pada jiwa sehingga jiwa semakin terasa tentram, pada
hati sehingga hati bertambah tenang dan pada pikiran sehnigga pikiran
ini semakin bertambah cerdas.
Allah SWT telah berfirman :
“
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
dzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati
menjadi tentram”(QS. Ar-Ra’d : 28)
Satu
hal yang membuat saya tertegun dalam Majelis Dzikir itu adalah
kekhusukan dan memuncaknya konsentrasi para jamaah sehingga ada sebagian
jama’ah yang tidak kuat menahan air matanya menetes karena mereka
betul-betul tersentuh jiwa, hati dan pikirannya. Rasa tentram, hidup
terasa lebih ringan, lebih berpasrah diri/tawakkal pada
Allah, pikiran terasa lebih segar dan cerdas untuk berfikir dan
kenikmatan-kenikmatan lain yang sulit untuk diungkapkan. Karena itu
kebiasaan kita mengikuti Majelis Dzikir ini jangan sampai disitu saja
tapi Dzikir ini kita jadikan nafas kehidupan didalam setiap waktu
sehingga kehidupan kita akan senantiasa tentram, bahagia, dilindungi dan
ditolong oleh Allah swt. Kita jadikan Dzikir ini sebagai senjata ampuh
dalam mengatasi permasalahan hidup disamping tentunya tetap berikhtiar.
Saya sendiri telah membuktikan dimana saat itu saya terkena masalah
yaitu tuduhan pencurian sehingga harus diinterograsi dikantor polisi
disuruh ( dipaksa ) untuk mengakui, namun dengan kekuatan Dzikir semua
itu teratasi dan permasalahan selesai. Tentu masih banyak lagi contohnya
baik yang saya alami sendiri maupun dialami oleh orang-orang yang
menggunakan kekuatan Dzikir.
Tidak
hanya itu ada implikasi lain dengan kita mengikuti majelis Dzikir. Kita
bisa bersilaturahmi, bertemu dengan saudara-2 kita kemudian bisa saling
mengenal, saling menyapa sehingga dapat terbentuk suatu jejaring
sosial. Dari jejaring sosial itu kita akan dapat banyak informasi dan
saling mempromosikan potensi dan keahlian diantara para jamaah dan
seterusnya. Dengan demikian akan dapat memberikan kemanfaatan dalam
kehidupan para jamaah baik berkaitan dengan kegiatan keagamaan maupun
kegiatan yang bersifat muamalah atau pekerjaan bahkan bisa digunakan
untuk mencarikan jodoh saudara kita yang belum menemukan jodohnya. Kalau
semua itu diawali dari perkumpulan atau majelisyang dimuliakan Allah,
InsyaAllah hasil-hasilnya akan diberkahi oleh-Nya. Karena kalau
perkumpulan yang kita hadiri tidak ada Dzikirnya maka kita akan
mendapatkan ancaman dari Allah sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh
Turmudzi (yang menyatakan Hasan) dari Abu Hurairah, Rosulullah saw
bersabda :
“ Tiada
suatu golongan yang duduk menghadiri suatu majelis tapi mereka disana
tidak dzikir pada Allah swt dan tak mengucapkan sholawat atas nabi saw,
kecuali mereka akan mendapat kekecewaan di hari kiamat.”
Juga diriwayatkan oleh Ahmad bin hambal dengan kata-katanya yang berbunyi :
“ Tiada
ampunan yang menghadiri suatu majelis tanpa adanya Dzikir kepada Allah
Ta’ala, kecuali mereka akan mendapat tiratun artinya kesulitan.”
Juga Hadits dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda :
“ Tiada
suatu kaum yang bangun ( bubaran ) dari suatu majelis dimana mereka
tidak berdzikir kepada Allah dalam mejelis itu, melainkan mereka bangun
dari sesuatu yang serupa dengan bangkai himar/keledai dan akan menjadi
penyesalan mereka kelak di hari kiamat.” ( HR. Abu dawud )
Sesuai
dengan namanya, majelis Dzikir juga merupakan media sebagai peringatan
agar kita senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan senantiasa
dzikrullah dalam setiap kesempatan dan berusaha tidak membuang waktu
sia-sia karena lalai dengan menghadiri perkumpulan-perkumpulan yang jauh
dari Dzikrullah. Sehingga dengan menghadiri Majelis Dzikir paling tidak
seminggu sekali akan senantiasa mengingatkan kepada kita agar kita
tidak lalai kepada Dzat yang memberi hidup, tempat kita mengadu bila ada
masalah, tempat kita mohon pertolongan bila ada hajat, tempat mohon
perlindungan bila ada sesuatu yang membahayakan dan seterusnya sehingga
dalam diri kita selalu ada Allah swt. Kedekatan dan ingatan kita kepada
Allah dari Majelis Dzikir akan senantiasa terbawa disetiap saat dan di
setiap aktivitas karena dzikir adalah ruh setiap ibadah, segala
aktivitas kita baik itu disiang hari maupun di malam hari akan bernilai
ibadah kalau diiringi dengan berdzikir kepada Allah.
Kalau
dilihat dari segi kemanfaatan sebuah Majelis dzikir maka akan terlihat
besar sekali manfaatnya baik dari aspek spiritual-rohani maupun dari
aspek sosial kemasyarakatan. Meraka yang sering menghadiri
Majeli-majelis Dzikir biasanya mempunyai toleransi yang tinggi karena
adanya dimensi sosial yang mereka rasakan, lihat dan alami sendiri
betapa kehidupan itu sangat kaya dan heterogen dalam sosial-budaya.
Meraka tahu bahwa hidup tidak hanya hitam putih akan tetapi perlu adanya
sentuhan-sentuhan kesalehan sosial.
Mudah-mudahan
dengan suka dan sering menghadiri Majelis-Majelis Dzikir, kita diberi
Allah ketentraman dan ketenangan dalam kehidupan kita, diberi
kecerdasan-kecerdasan, tidak hanya kecerdasan intelektual tetapi juga
kecerdasan emosi, spiritual dan ma’rifatullah sebagaimana yang telah
didapatkan oleh para Kiayi dengan pondok pesantren dan para santrinya
yang datang dari berbagai daerah, AA Gym dengan Manajemen Qolbunya, M.
Arifin Ilham dengan majelis Dzikranya, Yusuf Mansur dengan Darul
Qur’annya dan yang lainnya. Hanya Allah Dzat yang mengetahui segala kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar