"Ketahuilah, bahwa tashawuf itu ialah patuh mengamalkan perintah dan menjauhi larangan lahir dan bathin sesuai dengan ridha-Nya, bukan sesuai dengan ridhamu" (Asy-Syaikh Ahmad At-Tijani, Jawahirul Ma'ani, 2 : 84)

Minggu, 20 Januari 2013

Orang Yang Ma'rifat Itu Seperti Apa Ya?

Assalamu’alaikum Wr.Wb.Pak Ustadz, saya ini sangat awam dengan dunia Sufi, hanya baca sana dan sini, paling-paling membaca majalah ini. Cuman saya nggak bisa kebayang bagaiamana ya orang yang sudah ma’rifat itu, kayak apa dunianya, dan apakah saya yang gelandangan jiwa ini juga bisa dima’rifatkan oleh Allah ya? Apakah ma’rifat hanya miliki mereka yang suci-suci, yang Kayi, yang Ulama?Sekian Pak, mohon maaf.Wassalamu’alaikum Wr.Wb.Kardiman Seubeno-Kardimando@yahoo.comBuduran SidoarjoJawab:Yang bisa mema’rifatkan seseorang itu Allah swt sendiri. Tidak peduli apakah ia Kyai atau tukang ojek, Ulama atau pelacur, bahkan seorang koruptor atau maling pun jika Allah menghendaki bisa ma’rifat (tentu saja mereka pasti bertobat).Husnudzonlah kepada Allah swt, dan nggak usah mekso (memaksa diri) untuk meraih tingkat ma’rifat sebagaimana anda bayangkan. Pasrahkan jiwamu padaNya, terserah Dia Azza wa-Jalla, memposisikan anda dalam kategori ma’rifat yang mana.Syeikh Ahmad Rifa’i, ra, menyebutkan tingkat Kaum Arifun. “Ketahuilah saudaraku, kaum Arifun itu bertingkat dan beragam, dan dengan tangga yang berjenjang-jenjang, serta derajat yang berbeda berwarna, serta posisi yang bermacam-macam :
Diantara mereka ada yang mengenal Allah melalui Sifat qudrot, maka dia sangat takut kepadaNya.
Ada yang mengenal Allah melalui Sifat KaruniaNya, maka dia sangat berbaik sangka (husnudzon) kepada Allah.
Ada yang mengenalnya melalui Muroqobah, maka dia mengokohkan kebenaran hatinya.
Ada yang mengenalnya melalui KeagunganNya, lalu ia meneguhkan rasa takut dan cinta.
Ada yang mengenalnya melalui Sifat Maha Mencukupi, lalu dia sangat fakir kepadaNya.
Ada yang mengenalNya melalui Sifat Maha SendiriNya, lalu ia meneguhkan kebeningan hatinya.
Ada yang mengenalNya melalui Allah, lalu dia bersambung terus menerus denganNya.Karena itu:
Kualitas kema’rifatan rasa takut, tergantung kadar kema’rifatannya atas QudrotNya.
Kualitas rasa Husnudzon tergantung pada kadar kema’rifatannya pada Sifat Anugerah Ilahi.
Kualitas rasa pembenaran dengan kejujuran hati tergantung kadar kema’rifatan Muroqobahnya.
Kualitas rasa takut penuh cinta tergantung kema’rifatannya atas Keagungan Allah.
Kualitas rasa butuh kepada Allah tergantung kema’rifatannya atas maha MencukupiNya
Kualitas rasa bening jiwa tergantung kadar kema’rifatan atas Sifat Maha Sendirinya Allah.
Kualitas Wushul tergantung kadar kema’rifatannya kepada Rabb Ta’ala.Begitu pula kalangan “ahli langit” dalam beribadah, dalam dataran derajat maqom yang berbeda. Ada sebagian maqomnya adalah Rasa Malu, Rasa Hormat, ada pula Maqomnya adalah Taqarrub dan Kemesraan, ada pula yang maqomnya memandang Anugerah. Bahkan ada yang Muroqobah, Haibah, sebagaimana firman Allah Ta’ala:“Dan tak ada dari Kami melainkan baginya adalah Maqom tertentu..”Kalangan ahli ma’rifat pada umumnya (awam), mengenal Allah mengikuti jejak Rasulullah saw, dan membenarkan dalam hati mereka, mengamalkan dengan badan mereka, namun kadang mereka berbuat dosa dan maksiat, lalu hidup di dunia penuh dengan kebodohan dan sembrono, dan kala itu mereka dalam bahaya besar, kecuali jika Allah merahmati mereka.”Ma’rifat adalah makanan yang diberikan Allah Ta’ala kepada hambaNya yang dikhendakiNya. Diantaranya:
Ada yang merasakannya saja,
Ada yang merasakannya sepuasnya,
Ada yang merasakannya dengan penuh kecukupan, dan
Ada yang makan dengan kenyang.
Tentu uraiannya menjadi terus panjang. Bahkan setiap edisi majalah kita ini selalu memunculkan metode dan upaya menuju ma’rifatullah.
---(ooo)---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar