Albania
adalah sebuah negara yang terletak di Eropa bagian tenggara. Albania
berbatasan dengan Montenegro di sebelah utara, Serbia (Kosovo) di timur
laut, Republik Makedonia di timur, dan Yunani di selatan. (wikipedia).
Dimasa dahulu Alba nia termasuk wilayah kekhalifahan Usmaniyyah dan
banyaklah penduduk Albania yang masuk agama Islam. Tarekat Tijani masuk
ke Albania hampir bersamaan dengan masuknya tarekat Tijaniyah ke
Indonesia, yakni sekitar tahun 1920-an.)
1. Syaikh Hafiz Sabri Bushati, Mufti kota Skhodra tahun 1940
Tidak banyak zawiyah di Albania, karena kebanyakan zikir dilakukan dirumah-rumah ikhwan Tijaniyah. Pada awalnya di rumah Sheikh Shaban, kemudian ketika Sheikh Shaban wafat, kegiatan zikir pindah kerumah Syaikh Muhammad Bekteshi. Di kota Tirana diselenggarakan di rumah Syaikh Qazim Hoja. Di kota Durra diselenggarakan di rumah Syaikh Mustafa Varoshi dan dikota lainnya diadakan dirumah salah seorang ulama pemuka Tijaniyah.
Diantara kesamaan Tijaniyah di Indonesia dan Albania adalah sama-sama hadir dan berkembang sekitar tahun 1920-an. Pada awalnya Tijaniyah di dua negara berkembang perlahan-lahan sampai akhirnya berkembang dan banyak sekali ulama-ulama bahkan setingkat Mufti agama yang menjadi penyebar Tijaniyah. Dan tarekat Tijaniyah baik di Indonesia maupun di Albania sama sama diakui dan pengusung organisasi tarekat Muktabarah di negaranya masing-masing.
Ulama
yang membawa dan mengembangkan tarekat Tijaniyah di Albania adalah
Syaikh Haji Shah Muhammad Shaban Efendi Domnori (1868-1934). Sheikh
Shaban dikenal sebagai ulama ahli tauhid dan tasawwuf dikalangan ulama
dan para Imam di kota Shkodra di Albania Utara.
. Menurut
keterangan dari keluarga Sheikh Shaban, bahwa Sheikh Shaban menunaikan
ibadah Haji ke Mekkah berkali-kali. Sheikh Shaban kemudian mengambil
tarekat Khal watiyah dan Naqsyabandiyah di Mekkah dari beberapa guru dan
mengembangkannya di Albania. Namun ketika Sheikh Shaban menunaikan
ibadah haji yang ke-4 pada tahun 1918, Sheikh Shaban berhubungan dengan
seorang Syaikh tarekat Tijaniyah bernama Sayyid Abdul Qadir Minjahi
al-Tijani r.a. Sheikh Shaban yang terkesan dengan Tarekat Tijaniyah
kemudian me ngambil bai’at kedalam tarekat Tijaniyah melalui Sayyid
Abdul Qadir Minhaji. Pada awalnya Syaikh Shaban hanya ingin menjadi
murid sederhana saja dalam tarekat Tijani ini. Namun gurunya Sayyid
Abdul Qadir yang mengetahui ke-aliman beliau kemudian mengangkat Sheikh
Shaban menjadi Muqaddam Tarekat Tijaniyah dan menugaskannya untuk
menyebarkan tarekat Tijaniyah di Albania
Tarekat
Tijaniyah secara resmi hadir di kota Shkodra Albania pada tahun 1920
dan dipimpin oleh Sheikh Shaban Dom nori. Pada awalnya tarekat Tijaniyah
dikembangkan secara sem bunyi-sembunyi namun berangsung-angsur karena
ke-aliman dan kerja keras Syaikh Shaban kemudian tarekat Tijaniyah mulai
muncul kepermukaan. Hingga akhirnya Sheikh Shaban terang-terangan
membuka zawiyah pertama di rumahnya sen diri di distrik Ayasem kota
Shkodra. Beberapa tahun kemudian ikhwan-ikhwan Tijaniyah disana membeli
sebuah rumah di distrik Ndocaj dan membangun Zawiyah pertama di negara
Albania. Dan perkembangan berikutnya sangat menggembirakan karena
walaupun tarekat ini masih dipandang baru disana, na mun banyaklah
ulama-ulama besar yang memasuki tarekat Tijaniyah dan mengembangkannya
ini diantaranya adalah :
1. Syaikh Hafiz Sabri Bushati, Mufti kota Skhodra tahun 1940
2. Syaikh Muhammad Bekteshi, Ulama besar Shkodra
3. Sheikh Qazim Hoja, Ulama dan pengajar di Madrasah Tirana
4. Sheikh Yusuf Karaka, Imam Madjid Rusi di kota Shkodra
5. Sheikh Ismail Haki, Mufti kota Kruja dan Vlora
6. Sheikh Hafiz Mustafa Varoshi, mufti kota Durra 1930-1940
7. Sheikh Hasan Tahsin Haveriku, Professor di Tirana
8. Haki Sharofi, editor kepala majalah Islam Albania dan direktur Madrasah Tirana tahun 1945.
9. Sheikh Hafiz Sabri Kocki, ketua umum Masyarakat Muslim Albania (Wafat 2003).
Tidak banyak zawiyah di Albania, karena kebanyakan zikir dilakukan dirumah-rumah ikhwan Tijaniyah. Pada awalnya di rumah Sheikh Shaban, kemudian ketika Sheikh Shaban wafat, kegiatan zikir pindah kerumah Syaikh Muhammad Bekteshi. Di kota Tirana diselenggarakan di rumah Syaikh Qazim Hoja. Di kota Durra diselenggarakan di rumah Syaikh Mustafa Varoshi dan dikota lainnya diadakan dirumah salah seorang ulama pemuka Tijaniyah.
Tarekat
Tijaniyah di Albania juga bergabung dalam sebuah organisasi tarekat
Albania (jika di Indonesia semacam Jamiyyah Ahli Tariqah Muktabarah
An-Nahdliyah-ed) dimana tarekat-tarekat yang berada dalam organisasi
tersebut diantaranya adalah Naqsyabandi, Rifaiyyah, Saadiyah, Qadiriyah
dan Tijaniyyah.
Seusai
Perang Dunia ke-2 tarekat Tijaniyah dan tarekat lainnya mengalami masa
kemunduran karena kaum komunis menguasai negara. Organisasi tarekat dan
hak-hak sipil tentang praktek keagamaan dan lainnya diberangus dan
diharamkan oleh penguasa komunis. Kaum komunis telah menghancurkan
hampir semua zawiyah dan pusat-pusat tarekat Tijaniyah di Albania.
Banyak ulama Tijaniyah yang dipenjara bahkan ada yang sampai meninggal
dunia. Kaum komunis menguasai Alba nia sekitar hingga kejatuhan
pemerintahan komunis sekitar tahun 1990. Setelah era komunis berakhir
dan demokrasi kemba li ditegakkan maka perkembangan agama umumnya dan
khususnya Islam serta tarekat kembali diizinkan dan berkem bang. Bahkan
organisasi Tarekat Albania kembali dihidupkan dan saat ini dipimpin oleh
seorang Muqaddam Tijaniyah yakni Syaikh Faik Hoja dan anggota
organisasi tarekat ini yang utamanya adalah Tijaniyah, Saadiyah,
Rifaiyyah dan Qadiriyah. Organisasi tarekat Albania juga mengembangkan
tarekat dengan menerbitkan majalah keagamaan.
Syaikh
Faik Hoja disamping seorang Muqaddam Tijani yah beliau juga seorang
Mufti dinegaranya. Namun akhirnya beliau memutuskan untuk hanya
mengembangkan tarekat Tijani dinegaranya. Menurut beliau, ikhwan
Tijanyyah di Albania sangat mengharapkan dapat membangun kembali
zawiyah-zawiyah Tijaniyyah di negaranya yang dahulu dihancurkan oleh
kaum komunis. Insya Allah
Persamaan antara Tijaniyah di Indonesia dan Albania
Diantara kesamaan Tijaniyah di Indonesia dan Albania adalah sama-sama hadir dan berkembang sekitar tahun 1920-an. Pada awalnya Tijaniyah di dua negara berkembang perlahan-lahan sampai akhirnya berkembang dan banyak sekali ulama-ulama bahkan setingkat Mufti agama yang menjadi penyebar Tijaniyah. Dan tarekat Tijaniyah baik di Indonesia maupun di Albania sama sama diakui dan pengusung organisasi tarekat Muktabarah di negaranya masing-masing.
Salah
satu hal yang patut kita syukuri di Indonesia adalah tidak mengalami
apa yang dialami saudara-saudara kita di Albania. Yakni, kaum komunis
mengalami kegagalan menguasai Indonesia pasca G30S/PKI tahun 1965 dan
agama Islam dan tarekat khususnya di Indonesia berkembang dengan relatif
aman. Berbeda dengan Albania dimana kaum komunis berhasil menguasai
negara dan akibatnya hak-hak sipil diberangus bahkan agama (serta
tarekat tentunya) diharamkan. Zawiyah-zawiyah Tijaniyah dihancurkan,
ulama Tijaniyah dipen jara bahkan ada yang sampai meninggal dunia.
Alhamdulillah, sejak era komunis berakhir dan hancur di tahun 1990-an,
Agama Islam dan tarekat khususnya Tijaniyah kembali berkem bang dan
hingga kelak nanti. Insya Allah. @
Tidak ada komentar:
Posting Komentar